Bagi individu autistik dengan segala keunikannya, mempelajari perilaku serta bagaimana merespon lingkungannya, bukan perkara mudah. Temple Grandin, individu autistik yang juga dikenal sebagai profesor di bidang animal science di Colorado State University, serta penulis buku populer Thinking in Pictures, membagikan pengalamannya bagaimana ia belajar mengatasi perilaku autistik serta merespon lingkungan dan orang lain di sekitarnya.
Aktivitas terstruktur
Menurut Grandin, “Guru yang baik dan mengerti anak didiknya, menjadi salah satu kunci sukses. Aku dapat mengatasi autisme karena mendapat guru yang bagus.” Diakui Grandin, ia beruntung bahwa di umur 2,5 tahun ia ditempatkan di pusat penitipan anak yang memiliki guru-guru berpengalaman dan program yang terstruktur. Di sana ia diajari untuk berperilaku secara ‘ideal’, termasuk bagaimana bersikap di meja makan. Anak autistik membutuhkan hari dengan kegiatan yang terstruktur, serta guru yang tegas namun juga dapat bersikap lembut.
Di masa kecilnya hingga berusia 5 tahun, hari-hari yang dijalani Grandin penuh dengan kegiatan terstruktur. Ia menjalani 45 menit terapi wicara sebanyak 5 kali seminggu, dan sang Ibu menyewa jasa nanny untuk bermain selama 3-4 jam setiap hari dengan Grandin dan adiknya. Sang nanny mengajarinya untuk menunggu giliran saat bermain. “Ketika makan, semua orang makan bersama di meja makan, dan aku tidak diizinkan untuk stimming saat itu,” tuturnya. Satu-satunya waktu di mana ia dibolehkan kembali ke perilaku autistiknya adalah saat satu jam waktu istirahat seusai makan siang. Kombinasi beragam aktivitas ini menghabiskan waktu hingga 40 jam seminggu, dan membantunya untuk ‘terkoneksi ke dunia luar’.
Beberapa tips dari Temple Grandin
- Hindari memberi perintah/instruksi verbal yang terlalu panjang.
Individu autistik bermasalah untuk mengingat alur atau proses yang panjang. “Jika anak dapat membaca, tulislah instruksi di kertas. Jika aku bertanya arah ke pom bensin ke orang lain, aku hanya dapat mengingat 3 langkah. Sisanya harus ditulis,” aku Grandin. Ia juga mengakui sulit mengingat nomor telepon, karena tidak dapat menggambarkannya di dalam kepala.
- Banyak anak autistik memiliki potensi bakat menggambar, seni, membuat program komputer dan lain sebagainya.
Bakat-bakat ini seharusnya diobservasi dan dikembangkan. Kemampuan ini dapat dilatih untuk menjadi keterampilan yang akan berguna di masa depan.
- Sebagian besar anak autistik memiliki ketertarikan tinggi dengan objek tertentu.
Misalnya, kereta dan peta. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk memotivasi mereka belajar. Anda dapat menggunakan kereta untuk menagajari mereka berhitung. Misalnya, hitung berapa jam waktu kereta dapat menempuh perjalanan dari kota A ke B.
- Gunakan metode visual untuk mengajarkan anak angka dan berhitung.
“Orangtuaku memberiku seperangkat balok bertuliskan angka dengan panjang dan warna yang berbeda-beda, menggambarkan angka 1 sampai 10.” Dengan balok tersebut, Grandin belajar berhitung. Untuk mempelajari pembagian, gurunya memberi contoh dari mainan apel kayu yang dipotong menjadi empat atau dua bagian.
- Banyak anak autistik memiliki tulisan tangan yang buruk.
“Di kelas, tulisanku merupakan yang terburuk,” kenang Grandin. Menulis dengan rapi merupakan tantangan yang sangat berat. Seringkali ini membuat anak menjadi frustrasi. Untuk mengatasinya, ia menyarankan untuk memberikan komputer atau gawai agar anak dapat mengetik tulisan dan menikmati proses ‘menulis’.
- Sebagian anak autistik belajar lebih mudah dengan fonik (phonics), sebagian lainnya lebih mudah menghafal seluruh kata.
“Aku belajar lebih mudah dengan fonik (belajar membaca dengan membunyikannya),” ujar Grandin. Anak-anak dengan echolalia (mengulang kata-kata) akan belajar lebih baik menggunakan flash cards dan buku bergambar. Dengan begitu, mereka dapat mengingat gambar dan kata yang tercetak di bawahnya. “Jangan lupa, saat mengajarkan kata benda ke anak, si anak mesti mendengar Anda membacakan katanya secara jelas, sambil melihat gambar dan kata yang tertulis di bawahnya,” jelas Grandin.
“Guru yang baik dan paham anak didiknya, serta mengajarkan kegiatan terstruktur, merupakan salah satu kunci untuk mengatasi perilaku autistik.”
Sumber:
Temple Grandin, 2002. “Teaching Tips for Children and Adults with Autism”. https://www.iidc.indiana.edu/pages/Teaching-Tips-for-Children-and-Adults-with-Autism
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University