Peran Ganda: Menjadi Orangtua dan Guru dari Siswa Berkebutuhan Khusus
Tamara Leszner-Rovet mulai belajar piano sejak ia masih berusia 3 tahun. Selama masa pendidikannya, pengawas praktikumnya melihat betapa energi dan antusiasme yang dimiliki Tamara mempengaruhi klien anak-anak di tempatnya. Tamara juga memiliki kemampuan alami untuk terhubung dengan mereka. Dalam penempatan kerjanya, ia bekerja bersama anak-anak dari sekolah dan kondisi klinis yang berbeda-beda. Ia pun menyelesaikan masa magang di sekolah terapi untuk anak-anak dan remaja dengan kebutuhan khusus. Hal ini menginspirasi Tamara untuk membuka tempat praktek pribadi khusus dalam bekerja dengan anak-anak dan remaja dengan gangguan neurologis dan keterlambatan perkembangan.
Tamara pun akhirnya menikah dan memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini mengubah Tamara dalam menjalani perannya sebagai terapis musik. Meski melelahkan menjalankan dua peran, tetapi hal ini memberikan pengetahuan bagi Tamara tentang kebutuhan anaknya, serta anak dengan kebutuhan khusus dan orang tua mereka. Ia merasa beruntung memiliki latar belakang klinis, dan pengetahuan yang dimilikinya dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan anaknya.
Sebagai seorang terapis musik, awalnya ia hanya melihat sekilas tentang kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus. Ia tidak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun sejak memiliki anak berkebutuhan khusus, ia menjadi lebih sabar dan lebih memahami apa yang dihadapi oleh keluarga dari anak-anak yang belajar di tempatnya. Tamara memahami perjuangan yang harus dilakukan orangtua secara konstan untuk memperoleh dukungan sekolah dan layanan yang didanai pemerintah. Sistem yang ada tidak berjalan dengan baik dan jadwal tunggu untuk mendapatkan penanganan sangat panjang. Sebagai orang tua, perjuangan tidak pernah berakhir untuk mendapatkan apa yang anak-anak mereka butuhkan dan layak untuk diperoleh.
Ia mulai memahami motivasi orang tua dalam setiap terapi anak-anaknya. Mereka hanya berharap suatu hal dapat ditangkap oleh anak-anak mereka untuk mampu menguasai keterampilan yang dibutuhkan. Tidak sedikit biaya dan pengorbanan yang perlu dikeluarkan untuk memastikan anak mereka mendapatkan yang terbaik. Tetapi mereka tetap melakukannya karena mereka ingin mmberikan yang terbaik. Sangat tidak mudah mengetahui bahwa tidak banyak yang bisa diberikan, namun orang tua tetap memberikan yang terbaik.
Dia memahami perlunya waktu untuk bersantai. Ia sering meminta orang tua untuk pergi ke café selagi anak anak mereka sedang terapi.
Tamara tahu betapa sulitnya membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Tetapi pada saat yang bersamaan, betapa membahagiakannya melihat anak-anak mereka tumbuh besar, berhasil, dan bahagia.
Anak Tamara berjuang dalam beberapa hal tetapi dia bisa mengetahui nama-nama setiap negara dalam peta dunia. Dia juga mampu mengetahui apabila ada nada yang salah, sebuah keahlian yang dia warisi melalui Tamara. Sang anak juga tahu apabila hasil perhitungan salah. Ia beruntung karena berada dalam sebuah sekolah kecil yang penuh perhatian, di mana teman-teman dan guru-gurunya sangat peduli padanya. Di beberapa pelajaran ia malah sering berprestasi melebihi kemampuan anak seusianya.
Tamara menerima keunikan anaknya. Ia percaya anaknya lebih dari sebuah label. Dengan segala perjuangan, ada kebahagiaan yang diperoleh. Bahkan ada rasa lega saat anaknya mampu berada di suatu posisi di mana ia harusnya berada. Sebagai orang tua, Tamara memberikan yang terbaik bagi anaknya, meski biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Orang tua pun terus belajar untuk menjadi lebih baik. Orang tua-lah yang paling mengetahui perkembangan anaknya. Tamara ingin setiap orang tua dengan anak berkebutuhan khusus tahu bahwa mereka tidak sendirian. Dia berharap setiap orang tua dapat menemukan kedamaian dalam diri mereka dalam perjuangan, suka cita dalam dalam kesuksesan dan proses, dan waktu untuk diri sendiri meskipun hanya 5 menit dalam sehari.
Sumber:
http://autismjourney.org/the-dual-role-of-music-therapist-and-parent/
Penulis: Yesi Riana | Marketing di Community Music Center, Jakarta