Melatonin
Menurut salah satu penelitian yang dimuat oleh majalah Autism Parenting, sekitar setengah dari anak-anak dengan autisme di AS memiliki masalah dengan tidur mereka. Ada beberapa faktor yang ditengarai berhubungan dengan kesulitan tidur ini, diantaranya adalah faktor kecemasan yang dialami seseorang, siklus jam biologis yang berubah-ubah, efek samping dari mengonsumsi obat, perilaku hiperaktif, dan sebagainya. Salah satu yang dapat membantu dalam mengatur siklus tidur dan bangun adalah hormon melatonin. Melatonin adalah hormon alami yang terdapat di dalam tubuh kita, dan diproduksi di kelenjar pineal (pineal gland) di otak manusia.
Melatonin secara alamiah dapat dikonsumsi melalui makanan, termasuk dalam beberapa jenis ikan dan telur. Selain itu, makanan seperti kacang, biji-bijian, dan pisang juga mengandung melatonin dan dapat dikonsumsi dengan mudah. Namun, jika kita memiliki kesulitan dalam mengasup makanan yang mengandung melatonin dan otak tidak dapat memproduksinya dengan benar, dokter Anda mungkin akan menyarankan suplemen. Melatonin tersedia secara bebas di apotik, dan bentuk yang paling sering dijumpai adalah suplemen sublingual (suplemen yang larut di bawah lidah). Dokter dapat merekomendasikan dosis tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan anak Anda.
Probiotik
Probiotik merupakan salah satu asupan yang sering direkomendasikan untuk membantu meringankan gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal distress). Menurut CDC (Centers for Disease and Control Prevention) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gangguan atau masalah pencernaan merupakan masalah yang umum ditemui di kalangan anak-anak atau individu dengan autisme. Menurut CDC, anak-anak autistik berpotensi 3,5 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi gangguan pencernaan dibandingkan dengan anak-anak atau individu non-autistik. Beberapa peneliti menyebut bahwa ada hubungan antara bakteri usus dengan seberapa besar tingkat autisme yang dimiliki, namun hal ini masih menjadi perdebatan dalam lingkungan medis.
Anak-anak yang mengalami gangguan pencernaan kronis atau secara terus-menerus, perlu dievaluasi oleh dokter anak. Di tahap selanjutnya, dokter anak dapat merujuk mereka ke ahli gastroenterologi atau dokter spesialis pencernaan untuk diperiksa lebih lanjut. Dokter mungkin akan meresepkan probiotik, khususnya probiotik untuk Bacteroides fragilis (sejenis bakteri di dalam usus). Dalam satu eksperimen yang menggunakan hewan dengan perilaku mendekati autistik, ditemukan bahwa mikroba tersebut dapat berfungsi untuk memperbaiki perilaku yang mengganggu, menormalkan mikrobiota usus, serta meningkatkan kualitas dinding usus. Temuan ini belum dikonfirmasi pada manusia, namun beberapa dokter meresepkan probiotik Bacteroides fragilis untuk meredakan gejala gangguan usus pada anak-anak.
Vitamin D
Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Child Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines menemukan bahwa anak-anak dengan autisme yang diresepkan Vitamin D3, menunjukkan perbaikan dalam kondisi mereka, ditandai dengan berkurangnya gejala-gejala dari perilaku autistik mereka (Saad, et al., 2018). Amber Tovey, Manajer Program dari Vitamin D Council di AS, mengutip penelitian tersebut dan menyatakan bahwa setelah empat bulan mengonsumsi suplemen vitamin D, anak-anak dengan autisme mengalami perbaikan dalam beberapa perilaku, seperti iritabilitas, hiperaktifitas, perilaku menarik diri secara sosial serta perilaku stereotip, seperti gerakan tangan yang berulang-ulang, suara yang tidak jelas, gerakan melompat-lompat, serta minat yang terbatas.
Vitamin B6 dan Magnesium
Beberapa penelitian merekomendasikan suplemen vitamin B6 dan magnesium pada anak-anak autistik untuk membantu memperbaiki kondisi mereka. Namun, karena setiap kondisi fisik anak berbeda, reaksinya akan berbeda-beda pula. Asumsinya, anak dengan autisme dapat menunjukkan peningkatan perilaku setelah mengonsumsi vitamin B6 dan magnesium yang dimasukkan ke dalam makanan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian anak mengalami perbaikan perilaku seperti peningkatan kontak mata, kontrol terhadap rangsangan serta interaksi sosial dan komunikasi, meskipun perbaikan ini tidak konsisten.
Karena itu, sebaiknya kadar vitamin B6 dan magnesium pada anak-anak autistik dipantau dengan baik, mengingat bahwa sebagian anak autistik cenderung memiliki kadar magnesium yang lebih rendah dibanding anak-anak pada umumnya. Baik magnesium maupun vitamin B6 merupakan nutrisi penting yang diperlukan oleh tubuh.
Yang perlu diingat…
Sebelum mencoba suplemen dan vitamin tertentu pada anak, langkah pertama yang HARUS DIINGAT adalah berkonsultasi terlebih dulu pada dokter anak dan ahli gizi. Sangat penting untuk memantau respon anak dalam mengonsumsi suplemen (serta dalam pengawasan dokter dan ahli kesehatan), mengingat bahwa suplemen dapat bereaksi secara berbeda jika dikonsumsi dengan obat lain, memiliki resiko jika dikonsumsi dalam dosis yang terlalu tinggi, atau tidak berfungsi dengan baik di tubuh anak Anda.
Sumber:
- Saad, K., Abdel-Rahman, A. A., Elserogy, Y. M., Al-Atram, A. A., El-Houfey, A. A., Othman, H. A., . . . Abdel-Salam, A. M. (2018, January). Randomized controlled trial of vitamin D supplementation in children with autism spectrum disorder. Dapat diunduh di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27868194
- https://www.autismparentingmagazine.com/best-autism-supplements/
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University