Remaja pada umumnya, akan mengalami berbagai perubahan ketika mereka memasuki usia peralihan, dimulai saat umur 11-12 tahun. Beberapa kecenderungan yang muncul pada masa remaja misalnya mereka menjadi kurang komunikatif, lebih moody, enggan untuk menghabiskan waktu bersama orang tua serta menolak untuk mengerjakan apa yang diminta oleh orang tua mereka. Chantal Sicile-Kira, penulis buku “A Full Life with Autism” sekaligus ibu dari putra autistik, bercerita bahwa banyak orang tua dari remaja autistik mengeluhkan, anak mereka perilakunya menjadi makin sulit dipahami, dan menurut istilah mereka “autismenya semakin memburuk.” Kenyataannya, menurut Chantal, kondisi autisme mereka tidak memburuk, tapi anak-anak ini beranjak menjadi remaja!
Perubahan Hormon
Remaja dengan spektrum autis, juga mengalami masalah serupa dengan remaja pada umumnya. Mereka mengalami perubahan hormonal yang menimbulkan emosi dan perubahan mood yang intens, ungkap Chantal. Masalahnya, dampak perubahan hormonal tersebut pada remaja autistik akan jauh lebih besar, karena mereka mengalami masalah sensorik, dan sebagian dari mereka mungkin memiliki keterbatasan pemahaman serta masalah fisik. Mereka juga kesulitan untuk mengekspresikan perubahan yang dirasakan, berbeda dengan remaja pada umumnya.
“Remaja dengan spektrum autis, juga mengalami masalah serupa dengan remaja umumnya. Mereka mengalami perubahan hormonal yang menimbulkan emosi dan perubahan mood.”
Perubahan Fisik
Menurut Dr. Adriana Ginanjar, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang diawali oleh masa pubertas, yaitu mulai terjadi perubahan fisik dan organ seksual. Umumnya, masa remaja berkisar antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Perubahan fisik yang terjadi misalnya pertumbuhan yang pesat pada tinggi, berat, dan proporsi badan. Pada remaja juga ditandai dengan berfungsinya alat-alat reproduksi (seperti mengalami mimpi basah dan haid) serta mulai muncul tanda-tanda seksual sekunder (seperti rambut pada ketiak dan alat kelamin, jakun, payudara membesar).
Waspada Depresi
Adriana menambahkan, remaja autistik juga dapat menjadi lebih sensitif. “Mereka mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dan sangat cemas akan penolakan. Karena minat mereka terbatas, umumnya mereka juga sulit untuk menjadi bagian dari kelompok karena sulit memahami “aturan” & “norma” kelompok,” ungkapnya. Karena itu, bisa saja muncul rasa kesepian, teralienasi, rendah diri, yang dapat mengarah pada depresi, atau stres yang berlebihan, yang dapat muncul dalam tingkah laku agresi.
Tips Menghadapi Remaja
1. Perlakukan mereka seperti remaja
Salah satu hal terpenting yang mesti dipersiapkan saat anak memasuki masa remaja adalah melatih kemandirian mereka dan mengurangi bantuan dalam melakukan kegiatan harian. Adriana menyarankan, perlakukanlah mereka seperti remaja. Misalnya dengan menyesuaikan penampilan mereka sesuai dengan usianya, meyediakan kamar khusus (tidak lagi tidur bersama orangtua) serta kurangi memeluk, mencium, dan memperlakukan remaja seperti anak-anak.
Remaja perlu belajar membuat pilihan sendiri. Menurut Chantal, memberikan pilihan pada remaja akan mengajarkannya tentang pengambilan keputusan dan menerima konsekuensi dari pilihannya (baik dan buruk), serta membantunya menyadari bahwa ia akan memiliki kendali lebih besar atas hidupnya sendiri. Biarkan ia memilih, dan patuhi pilihan yang ia buat. Orang tua perlu ingat, bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan ingin dan perlu lebih terlibat dalam kehidupannya dan perencanaan transisinya.
2. Menjaga kebersihan tubuh
Sebelum memasuki masa pubertas (11-13 tahun), saran Adriana, anak sudah harus diajarkan untuk menjaga kebersihan tubuh secara mandiri. Termasuk melakukan secara mandiri kegiatan membersihkan diri seperti mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, toileting, mencuci tangan serta menyisir rambut. Setelah memasuki masa remaja, aktivitas membersihkan diri dapat ditambah dengan mencuci muka secara teratur, memakai deodoran, serta menggunakan alat cukur. “Biasakan juga untuk melepas dan mengenakan baju di dalam kamar mandi, serta tidak membuka baju atau membetulkan pakaian dalam di depan orang lain,” ujar Adriana.
3. Jelaskan tentang perubahan
Jelaskan kepada anak tentang tubuhnya yang berubah. Menurut Chantal, bagi anak autistik yang tidak suka perubahan, mereka akan merasa takut dan asing dengan perubahan pada tubuhnya. Karena itu, penting untuk menjelaskan tentang perubahan tubuh pria dan wanita dengan cara sederhana yang bisa dipahaminya. “Jika tidak, anak remaja Anda mungkin terlalu cemas dan gelisah ketika ia mulai menstruasi atau memiliki mimpi basah,” ungkap Chantal. Jelaskan perubahan fisik dengan menggunakan foto atau gambar serta kata-kata yang sederhana dan dapat dipahami anak. Sebaiknya, penjelasan diberikan oleh orangtua atau guru dengan jenis kelamin sama, saran Adriana.
4. Soal privasi
Remaja autistik juga perlu diajarkan mengenai hal yang sifatnya privasi, misalnya tentang bagian mana dari tubuhnya yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Adriana mengungkapkan, “Ingatkan terus bahwa ia juga tidak boleh menyentuh orang lain, terutama bagian-bagian tertentu. Ajarkan remaja untuk menolak sentuhan orang lain atau mengadu pada orangtua bila mengalami pelecehan seksual,” ujarnya.
Sumber:
https://www.psychologytoday.com/au/blog/the-autism-advocate/201101/tips-raising-teen-autism
Parents discussion series, LSCAA (London School Centre for Autism Awareness) “Mempersiapkan Diri Menghadapi Remaja dengan Spektrum Autistik”, Adriana S. Ginanjar.
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University