Memilih olahraga yang cocok untuk anak autistik, mungkin bukan hal mudah. Apalagi, mengingat kebutuhan dan kondisi mereka yang beragam. Namun aktivitas fisik tetap dibutuhkan untuk melatih tubuh serta kemampuan motorik mereka. Kuncinya adalah memilih olahraga yang mereka bisa nikmati dan kuasai. Awalnya mungkin butuh usaha yang ekstra, mengingat mayoritas anak autistik memerlukan waktu untuk beradaptasi. Namun ke depannya, bukan hal mustahil bagi mereka untuk menyukai dan mengembangkan potensi di bidang tersebut.
Dr. Jeff Robinson, PhD., pendiri Behavioral Concepts, Inc., menyarankan olahraga yang bersifat individual untuk anak autistik. Karena komunikasi dan kemampuan sosial merupakan masalah utama pada anak autistik, maka untuk melakukan olahraga yang bersifat teamwork atau kerjasama akan cukup sulit. Olahraga individual dengan gerakan-gerakan yang mudah ditiru, lebih disarankan mengingat mereka lebih mudah menirukan gerakan dibanding mengikuti instruksi verbal. Beberapa pilihan aktivitas olahraga yang disarankan adalah:
"Olahraga individual dengan gerakan yang mudah ditiru, lebih disarankan mengingat anak autistik lebih mudah menirukan gerakan dibanding mengikuti instruksi verbal"
1. Berenang
Berenang merupakan kegiatan olah tubuh yang bersifat individual, dengan gerakan sederhana dan berulang-ulang. Dari artikel yang dipublikasikan oleh International Journal of Sport Psychology, air dapat menjadi tempat yang menenangkan, karena menekankan pada gerakan yang lembut dan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas ini juga baik bagi anak autistik yang memiliki masalah sensori, seperti sensitifitas terhadap suara, karena berada dalam air dapat meredam ‘kebisingan’ suara. Sentuhan air pada tubuh juga dapat memberikan dampak yang menenangkan.
2. Olahraga di Trek
Olahraga atletik di trek seperti lari tidak terlalu banyak membutuhkan komunikasi verbal. Beberapa riset tentang autisme dan aktivitas olahraga menunjukkan bahwa latihan berlari dapat mengurangi beberapa masalah perilaku, seperti agresifitas, kecenderungan melukai diri sendiri (self injury) serta mengatasi permasalahan motorik seperti perilaku berulang-ulang (mengayunkan tubuh ke depan dan ke belakang serta mengepakkan tangan) yang sering ditemui pada individu autistik.
3. Bowling
Meski olahraga ini biasanya berlangsung dalam suasana ramai, namun bowling bisa jadi pilihan yang sesuai karena jenis olahraga ini menggunakan repetisi. Ayunkan bola dua kali, kemudian duduk, dan berikutnya berulang kembali. Anak autistik umumnya menyukai pola rutinitas yang konsisten. Mereka juga mendapat reward saat berhasil menjatuhkan pin-pin yang menjadi sasaran. Olahraga permainan lain dengan banyak gerakan berulang juga dapat menjadi pilihan, seperti bulutangkis, tenis dan golf.
4. Berkuda
Terapi berkuda merupakan salah satu pilihan yang populer bagi anak autistik. Salah satu keuntungan dari berkuda adalah membantu masalah keseimbangan serta spasial (ruang) bagi mereka yang mengalami permasalahan sensori. Berkuda melatih fungsi vestibular (keseimbangan) dengan menerapkan kecepatan yang berbeda, perubahan arah serta merasakan derapan kaki kuda di permukaan yang berbeda-beda (misalnya tanjakan, lurus dan turunan). Bersentuhan dengan kuda juga melatih fungsi taktil serta membangun emosi dan keterikatan bagi anak autistik.
5. Hiking dan Memancing
Hiking, atau mendaki dan berjalan menelusuri trek di alam bebas, merupakan olahraga yang menyenangkan dan relatif murah. Aktivitas ini juga bisa dilakukan secara berkelompok, dan merupakan olahraga yang baik untuk melatih tubuh sembari menikmati pemandangan alam yang indah. Berjalan di alam bebas dapat menjadi aktivitas melepas stres dari kebisingan dan hiruk-pikuk di kota. Selain hiking, memancing juga dapat menjadi alternatif pilihan yang mungkin menarik bagi individu autistik yang menyukai aktivitas di alam bebas.
6. Bersepeda
Bersepeda mungkin menjadi tantangan tersendiri untuk anak autistik, mengingat sebagian besar memiliki masalah dengan keseimbangan. Namun begitu mereka menguasai kemampuan bersepeda, aktivitas ini bisa menjadi pilihan yang menyenangkan untuk aktivitas di luar rumah. Bersepeda dapat menjadi aktivitas individu maupun kelompok, sebagai hobi maupun olahraga yang kompetitif. Jika si kecil kelihatannya menyukai aktivitas ini dengan sepeda roda empat, namun kesulitan untuk mengendarai sepeda roda dua, ke depannya Ayah dan Bunda dapat mencoba bersepeda tandem atau sepeda roda tiga untuk dewasa.
Perlu diingat, bahwa anak autistik pada umumnya tidak disarankan untuk berlatih olahraga beladiri yang melibatkan kontak fisik. Karena sebagian besar memiliki masalah dalam kemampuan sosial, termasuk empati, ada kekhawatiran bahwa ia bisa mencederai dirinya sendiri atau orang lain.
Sumber:
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University