
Musik dapat digunakan sebagai media yang efektif bagi individu autistik. Ada beberapa aspek dari musik yang dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan dalam sosialisasi, diantaranya :
- Musik dapat meningkatkan komunikasi sosial hingga ke tahap interaksi sosial yang cukup kompleks.
- Musik dapat digunakan untuk mendukung pengaturan (regulasi) emosi individu.
- Musik menjadi motivasi untuk keterlibatan dan partisipasi antara individu autistik dengan orang-orang di sekitarnya.
- Musik dapat mendukung koordinasi dan perkembangan motorik individu.
- Musik dapat menjadi media kedekatan individu dengan anggota keluarganya yang juga memiliki ketertarikan serupa.
- Musik dapat membuka kesempatan bagi individu untuk lebih maju secara sosial.
- Musik dapat memancing memori emosional yang positif, serta membantu mereka dalam merefleksikan dan memahami hidupnya.
Komunikasi sosial dan ikatan emosional merupakan hal yang tidak mudah bagi individu dengan autisme. Musik dapat berperan besar untuk mengeskpresikan emosi individu, seperti dalam membuat keputusan, memberi respon, atau bahkan untuk menolak sesuatu. Melalui musik, komunikasi dan interaksi sosial individu dapat membaik dalam tingkatan beragam.
Pertama, musik dapat digunakan sebagai interaksi antar personal pada masa awal perkembangan anak yang biasa disebut sebagai proto-conversation (komunikasi tahap awal yang terstruktur dan bersifat timbal balik pada anak dengan lingkungan di sekitarnya). Proto- conversation terjadi melalui vokalisasi suara dan respon anak serta perkembangan motoriknya melalui gestur tubuh. Dari hubungan timbal balik tersebut, anak dapat mengembangkan bahasa, vokalisasi, dan pertumbuhan sosialisasi dirinya.
Kedua, musik berdampak pada interaksi sosisal yang sifatnya lebih kompleks dan melibatkan lebih dari satu orang. Situasi sosial merupakan hal yang sulit bagi individu autistik, karena melibatkan orang lain dan adanya “negosiasi” dalam interaksi. Contohnya, ketika bernyanyi bersama, kita membutuhkan kesadaran (awareness) mengenai bagaimana rekan-rekan lainnya yang sedang bernyanyi, begitu pula dalam permainan instrumen alat musik yang melibatkan lebih dari satu orang. Individu menjadi lebih memahami dan dapat membedakan kapan giliran mereka harus bernyanyi atau memainkan alat musiknya. Mereka dapat menjadi lebih peka akan lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat membantu individu autistik ketika mereka dihadapkan dalam situasi sosial yang bersifat dinamis.
Musik dapat menjadi motivasi bagi individu, terutama ketika mereka mendengar musik yang familiar. Saat mendengar musik dengan melodi yang menarik dan mudah diingat, kemungkinan besar kita ingin mendengarkannya berulang-ulang. Dalam hal ini, musik dapat memancing partisipasi individu dan memotivasi mereka untuk berkomunikasi serta menciptakan rasa kebersamaan dan sense of community. Bagi anak-anak autistik, ritme musik yang diikuti dengan gerakan seperti menari dapat berperan penting dalam membantunya untuk lebih peduli, fokus, dan perhatian dengan lingkungan di sekitarnya.
Aktivitas yang melibatkan musik terbukti mampu menghasilkan emosi individu yang lebih positif dan dapat digunakan untuk berbagi keceriaan dengan sesamanya. Selain itu, musik juga membantu dalam mengembangkan pemahaman akan situasi sosialserta meningkatkan kemampuan individu untuk mengekspresikan emosinya, baik secara verbal maupun non-verbal. Secara keseluruhan, musik memiliki kualitas unik untuk berbagi emosi yang positif antar individu, karena musik tidak memandang usia dan dapat dinikmati oleh siapa pun. Karena itu, pendekatan lewat musik dapat menjadi alternatif untuk dicoba bagi anak atau individu autistik.
Sumber:
Artikel online berjudul, The Magic of Music yang ditulis oleh Barry M. Prizant dan Geoffrey Barnes, Ph.D. dalam kumpulan artikel Autism Spectrum Quarterly edisi Summer 2014 (www.ASQuarterly.com)
Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta