Medis

Menyiapkan Kakak dan Adik dalam Mendampingi Saudara Autistik

Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Thursday, 07 October 2021

Memiliki anggota keluarga yang didiagnosa autisme akan membawa pengaruh yang sangat besar untuk keluarga. Bisa jadi, para anggota keluarga lainnya mengalami situasi yang saling menguatkan satu dengan lainnya, namun tak tertutup kemungkinan mereka juga mengalami stres. Memiliki saudara kandung- kakak atau adik dengan autisme- merupakan pengalaman yang sangat berarti dan dapat membentuk hubungan unik antara mereka. Respon dari sang kakak atau adik yang memiliki saudara autistik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat temperamen anak, kepribadian, jenis kelamin, perilaku dan cerminan dari orang tua, serta dukungan yang berbentuk formal maupun informal. Beberapa penelitian menunjukkan, kondisi kesehatan mental dan fisik orang tua menjadi faktor penting yang mempengaruhi proses adaptasi dan hubungan yang baik antara anak non-autistik dengan saudara kandungnya yang autistik.

Dampak positif dari hubungan antar saudara kandung ini adalah belajar untuk sabar, toleransi dan memupuk rasa kasih sayang satu sama lain. Sang adik atau kakak juga dapat belajar untuk menangani situasi yang sulit. Susan McHale melakukan riset mengenai bagaimana kakak atau adik yang memiliki saudara autistik, memandang hubungan mereka dalam keluarga:

  1. Mereka sangat memahami keterbatasan atau kesulitan yang dialami kakak/adik mereka yang autistik
  2. Mereka memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi permasalahan yang muncul dan dapat mengembangkan kemampuan tersebut untuk masa depan
  3. Mereka menerima respon yang positif dari orang tua dan orang-orang di sekitar mereka

Di sisi lain, meski terdapat hal positif, tidak dapat dipungkiri mereka juga mengalami hal yang negatif seperti adanya kecemasan, kesal dan marah, rasa iri, rasa malu, dan kesepian. Bisa jadi, gejala dan perilaku autistik yang dimiliki sang adik atau kakak dapat menjadi hambatan dalam hubungan persaudaraan mereka. Komunikasi dan kegiatan bermain bersama adik atau kakak yang berkebutuhan khusus bisa menjadi sulit. Seringkali, para adik atau kakak dituntut berperan menjadi penjaga saudara mereka yang autistik. Sebaiknya, kondisi seperti ini dapat ditangani secara proaktif. Sama halnya dengan orang tua, para kakak dan adik yang memiliki saudara autistik juga harus memahami informasi dan strategi untuk menangani rasa stres yang mereka alami. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan orang tua dalam menangani hal ini:

  1. Anak membutuhkan komunikasi yang terbuka dan jujur mengenai saudara kandung mereka yang autistik. Mereka dapat memperoleh informasi yang tepat dari orang tua yang telah melalui proses penerimaan diri (self acceptance). Informasi yang tepat dan diberikan secara terbuka dapat mengurangi rasa stres dan efek negatif terhadap perkembangan anak.
  2. Anak membutuhkan peran dan perhatian orang tua yang konsisten, yang dapat menunjukkan keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Beberapa orang tua cenderung memberikan pujian dan reward yang berlebih kepada anak mereka yang autistik. Hal ini sebaiknya juga dilakukan secara adil kepada saudara kandungnya.
  3. Para adik dan kakak butuh pembelajaran dan kemampuan berinteraksi sosial dengan saudara kandungnya yang terdiagnosa autisme. Orang tua dapat mengajari anak cara berinteraksi dan bagaimana memberikan pujian yang tepat kepada kakak atau adik mereka yang autistik.
  4. Anak yang non-autistik perlu diajari bagaimana memberikan respon terhadap perilaku saudara mereka yang autistik, misalnya ketika mereka sedang berperilaku agresif dan dekstruktif.
  5. Orang tua dapat membagi pengalaman mereka dan saling bertukar pikiran dengan anak, agar mereka tidak merasa mengalaminya sendirian.
  6. Anak yang non-autistik perlu belajar strategi dalam menghadapi pertanyaan maupun komentar dari orang-orang di sekitarnya yang masih kurang memahami situasi saudara kandungnya yang autistik. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam menyiapkan anak-anak mereka menghadapi tanggapan orang lain mengenai anggota keluarganya yang autistik. Hal ini juga dapat meningkatkan kepedulian terhadap autisme (autism awareness) dalam lingkungan mereka.

 

Sumber :

Artikel online berjudul Living With Autism : Sibling Perspectives (Guidelines for Parents) yang ditulis oleh Marci Wheeler, M.S.W. (Indiana Resource Center for Autism) dalam www.Autismsource.org.

Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta

Ads on us
Pengenalan Autisme
Kerjasama dengan TA
Kritik & Saran