Medis

Mengapa Autism Spectrum Disorder (ASD) Terlambat Terdiagnosa?

Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Senin, 08 Maret 2021

Banyak ditemukan orang tua atau pengasuh yang memiliki anak dengan diagnosa ASD namun tidak menyadarinya. Biasanya dalam proses tahap perkembangan anak memasuki pendidikan sekolah, barulah terlihat adanya perbedaan ciri-ciri perilaku pada anak yang cukup berbeda dengan anak normal pada umumnya. Ada beberapa alasan yang menyebabkan terhambatnya diagnosa yang diberikan kepada anak dengan ASD.

  • ASD tidak dapat didiagnosa dalam kurun waktu singkat.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan yang membuat dokter anak tidak terburu-buru memberikan diagnosa pada anak. Asesmen dan evaluasi yang dilakukan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Prosesnya melibatkan pengisian alat penilaian standar ASD (Autism Diagnostic Observation Schedule atau ADOS) yang dikombinasikan dengan pertemuan wawancara terstruktur pada orang tua mengenai gejala perilaku keseharian anaknya, baik di masa lalu hingga di masa sekarang, yang cukup memakan waktu.

  • Baik dokter maupun orang tua cenderung lebih tertarik ke arah diagnosis dengan prognosis terbaik. (prognosis merupakan suatu prediksi mengenai kondisi individu di masa mendatang).

Menurut Dr. Moyal yang telah berpengalaman di bidang anak berkebutuhan khusus terutama ASD, sangat dipahami bahwa para dokter menginginkan tingkat kepastian tertentu sebelum menyampaikan diagnosis mengenai potensi gangguan seumur hidup di masa mendatang secara akurat. Hal ini menyebabkan intervensi awal diterapkan pada anak cenderung mengarah pada apa yang dapat ditangani (terlihat) dan kemudian dinilai kembali secara keseluruhan sehingga memperlambat diagnosa yang sebenarnya.

  • Dokter anak memberikan kesempatan tenggat waktu yang lebih lama pada orang tua  untuk membiarkan proses perkembangan anaknya selama masa perkembangan mereka.

Hal ini sebenarnya masuk akal bagi anak, karena tiap anak memiliki proses perkembangan yang berbeda-beda, meski mereka berada di tahap perkembangan dan usia yang sama. Selama tahap perkembangan tersebut, dokter meyakinkan para orang tua untuk mengurangi kekuatiran mereka, yang pada akhirnya terkesan bahwa pengamatan orang tua dan kekuatiran mereka menjadi berkurang.

  • Gejala ASD yang bercampur dengan gejala gangguan lainnya seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat terlihat seperti gangguan ADHD yang parah.

Salah satu ahli ASD menyatakan, ketika gejala ASD dan ADHD bersatu melibatkan pola pikir dan dorongan  perilaku anak, hal ini bisa sangat mengganggu kondisi anak serta mempersulit diagnosa yang diberikan.

  • ASD merupakan suatu spektrum dengan berbagai gejala perilaku yang sangat variatif dan kompleks.

Seorang yang belum terlalu ahli dalam bidang ASD mungkin saja kurang mampu mengenali gejala ASD yang sebenarnya. Karena perilaku ASD yang ditunjukkan sangat bervariasi dan berbeda pada setiap anak. Contohnya, dokter dapat mengatakan bahwa seorang anak yang sedang melakukan asesmen memiliki kontak mata atau mampu tersenyum. Dr. Moyal menyatakan, anak dengan ASD memiliki jajaran perilaku yang tidak mudah terprediksi. Mungkin saja senyuman dan kontak mata yang dilakukan anak termasuk ke dalam perilaku yang dilakukan secara konsisten oleh anak. Karena kontak mata dan senyuman yang sebenarnya baru dapat terlihat berfungsi dengan normal jika anak dengan ASD berada pada situasi sosial yang sebenarnya.

  • Isu mengenai gangguan sensori (panca indera) yang sangat identik pada ASD, seringkali dialami oleh anak normal yang berusia prasekolah.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, para ahli menganjurkan, khususnya bagi para orang tua yang merasa anaknya memiliki kemungkinan terdiagnosa ASD, untuk mendapatkan penanganan dan asesmen yang tepat. Dalam pelaksanaannya tentunya melibatkan dokter yang ahli di pada bidangnya dan berpengalaman dalam memberikan diagnosa pada pasien (dokter anak, psikiater, psikolog, maupun ahli neurologis). Dan jika orang tua merasakan ada sesuatu yang tidak beres atau tidak sesuai dengan diagnosa yang diberikan, maka ayah bunda dapat meminta second opinion (pendapat dari ahli lainnya). Bagi para ayah dan bunda, jangan pernah takut untuk bertanya dan meminta pendapat dari berbagai sumber yang terpercaya, dengan catatan tetap memperhatikan dan menyaring kebenarannya.

Sumber :

Artikel online berjudul “Why Autism Diagnoses Are Often Delayed? “Oleh Caroline Miller (direktor editorial dalam organisasi nonprofit Amreika Serikat Child Mind Insitute yang merupakan organisasi dengan fokus terhadap kondisi dan gangguan mental pada anak).

Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta

Iklan Tes Deteksi
Kerjasama dengan TA
Pengenalan Autisme
Kritik & Saran