Salah satu tantangan yang dihadapi orangtua dari anak autistik adalah mencari aktivitas yang disukai oleh anak. Salah satu pilihan yang dapat dicoba Ayah dan Bunda mungkin dengan mengajak putra-putri tercinta membaca buku. Apalagi, mengingat banyak dari anak-anak istimewa ini yang tertarik dengan gambar atau visual. Membaca buku bersama si kecil dapat menjadi sarana untuk membangun interaksi antara anak dengan orangtua, sekaligus mengenalkan kosa kata dan rangsangan visual. Yuk, kita simak tips dari Any Sonata, orangtua dari anak autistik, tentang pengalamannya mengajak putra tercintanya membaca buku.
1. Pilihlah buku berbahan tebal dengan banyak gambar dan sedikit kata
Mulailah dengan menunjuk gambar yang ada sambil memancing ketertarikan anak. Misalnya dengan bertanya, “Hei lihat.. siapa ini?” Jika anak belum tertarik, jangan berhenti. Ajukan pertanyaan lainnya, seperti: “Ini apa ya? Wah ada tali dan ekornya. Lucu, bagus ya.. warnanya merah.”
2. Kembangkan interaksi secara terus-menerus
Setelah anak menunjukkan responnya, mulailah membacakan kalimat pertama. Misalnya: “Minnie sedang bermain di halaman. Dia melihat ke atas. Ternyata ada layangan putih.” Pancinglah anak dengan pertanyaan, misalnya: “Mana Minnie? Mana layangan?” Interaksi semacam ini sebaiknya dikembangkan secara terus-menerus. Tingkatkan setiap hari sampai anak menunjukkan ekspresi mengerti dan paham. Minta ia untuk menunjuk sebagai jawaban dari hal yang ditanyakan.
3. Menarik perhatian anak
Tarik perhatian anak perlahan dengan memainkan intonasi, ekspresi wajah serta nada suara yang mengajak. Berikan ‘reward’ berupa pujian dan reaksi senang ketika anak merespon. Misalnya, “Wah.. kamu pintar.. hebat.. coba sekarang tunjukkan mana yang baju kuning? Bagus, betul! Hore!”
4. Cermati situasi dan kondisi
Lakukan kegiatan membaca jika Ayah atau Bunda dalam kondisi santai dan sudah siap (misalnya sudah makan dan mandi). Begitu juga dengan kondisi anak. Ajaklah ia membaca dalam kondisi rileks, setelah kenyang dan setelah mengerjakan aktivitas rutinnya. Jangan kondisikan kegiatan membaca sebagai hukuman. Membaca seharusnya menjadi momen yang menyenangkan. Anda dapat membuat ‘pojok membaca’ di salah satu sudut rumah atau kamar, yang dilengkapi dengan kursi santai atau karpet serta bantal yang nyaman.
5. Ukuran buku
Menurut Any, besar-kecilnya buku juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Semakin besar ukuran buku, semakin besar kemungkinan dapat menarik perhatian anak. Apalagi kalau di dalamnya banyak visual serta warna-warni yang menarik.
6. Membuat Reading Diary
Jika memungkinkan, buatlah semacam buku harian membaca atau reading diary untuk anak. Any menyarankan para orangtua untuk membuat kolom-kolom dengan nomor, judul buku yang dibaca serta komentar tentang buku tersebut di dalam diary ini. Buku harian ini dapat digunakan jika anak sudah bisa membaca dan menulis, atau sudah memasuki usia sekolah. Setelah mencapai jumlah buku tertentu, Ayah atau Bunda dapat memberikan reward atau hadiah kejutan berupa sesuatu yang disukai anak.
7. Konsisten dan rutin
Buatlah waktu rutin untuk membaca. Ayah dan Bunda perlu konsisten dalam melakukan dan menjadikan aktivitas membaca menjadi kegiatan bersama yang menyenangkan. Kegiatan membaca dapat lebih berarti jika anak bisa fokus bersama orangtua. Jika memungkinkan, anak bisa duduk di pangkuan Ayah atau Bunda sambil membaca.
8. Tips untuk anak nonverbal
Meski anak belum berkembang kemampuan verbal atau bicaranya, kegiatan membaca tetap bisa dilakukan untuk menambah pengalaman dan pemahamannya. Saran Any, Ayah dan Bunda sebaiknya jangan beranggapan bahwa jika si kecil belum bicara, maka ia tidak mengerti dengan cerita yang dibacakan. Justru dengan mengenalkan bahasa melalui buku bergambar yang menarik dengan karakter yang disukai si kecil, mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk menambah pemahaman kosa katanya.
Sumber: dirangkum dari artikel “Mengenalkan Buku pada Anak”, Buletin LDR No. 62, Desember 2011, karya Any Sonata
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University