Sharing

Meltdown- Menangani Kondisi Sulit pada Individu Autistik

Penulis: Yesi Riana | Jumat, 19 November 2021

Mary Janca didiagnosa autistik saat ia telah berumur 33 tahun. Selama bertahun-tahun ia berjuang dengan kondisinya dan berusaha untuk menghilangkan keunikannya agar terlihat normal. Dia bekerja sebagai guru Sekolah Menengah Atas dan pelatih untuk anak-anak dengan kesulitan belajar dan sosial. Di artikel kali ini, Mary membagikan kisah bagaimana rasanya mengalami meltdown.

Salah satu ketakutan orang pada umumnya adalah kehilangan kendali atas diri sendiri. Ketakutan lainnya adalah kecemasan akan hal-hal yang tidak diketahui. Bagi banyak anak atau individu autistik, ketidaktahuan akan sesuatu dapat membuat mereka kehilangan kontrol atas diri sendiri. Ketakutan yang satu menuntun pada ketakutan lainnya.

Ada banyak sumber yang menjelaskan kenapa individu autistik melakukan sesuatu hal. Banyak pula artikel yang dapat menjelaskan kenapa individu autistik sulit untuk mengatasi perubahan. Para ahli akan menjelaskan proses transisi dan pelatih akan menjelaskan pentingnya jadwal dan rutinitas. Meski begitu, ada saat-saat di mana semua saran ini tidak membantu, dan kondisi meltdown (kehilangan kontrol) tetap terjadi. Seperti juga kondisi kejang- kondisi ini dapat terjadi kapan saja secara tiba-tiba. Respon hal tersebut menakutkan dan dapat menimbulkan truma bagi individu autistik dan orang-orang yang ada di sekitar mereka. Terutama saat penyebab meltdown tidak diketahui.

Beberapa orang mungkin sudah terbiasa melihat meltdown terjadi pada penyandang autis yang mereka kenal. Kondisi meltdown berbeda-beda pada setiap orang. Salah satu bentuk meltdown bisa seperti menarik diri, di mana orang tersebut akan terdiam, melihat kosong, atau melakukan gerakan berulang-ulang. Bentuk lain dari meltdown adalah stres yang tampak, seperti menangis tanpa kontrol, berteriak, menginjak-injak, meringkuk seperti bola, menggeram, dan lain sebagainya. Orang-orang yang memiliki pengalaman dengan penyandang autisme dapat membantu di saat-saat seperti ini.

Ada banyak cerita mengenai individu autistik yang mengalami meltdown dan ada orang-orang yang berbaik hati menolong. Ada sebuah kisah seorang anak yang mengalami meltdown di bandara karena pesawat mereka mengalami keterlambatan. Keterlambatan itu menyebabkan gangguan pada rutinitas dan ekspektasi yang menimbulkan stres pada anak tersebut. Selain dari kondisi sang anak yang telah cukup stres karena berada di situasi yang tidak biasa. Beragam stimulasi di tempat asing seperti bandara dapat mengganggu indera pendengaran, penciuman, dan penglihatan individu autistik, sehingga otak mereka kesulitan untuk memproses semua yang terjadi. Seorang yang berbaik hati menghampiri anak tersebut dan menenangkannya.

Sebuah kondisi meltdown adalah hal yang menakutkan dan membuat individu autistik merasa sendirian. Mereka sudah kewalahan mengolah data dari indera mereka, bahkan sebelum terjadi apa-apa. Sehingga perubahan yang terjadi dapat membuat mereka mengalami meltdown. Ibaratnya seperti komputer yang hang karena ada banyak proses yang terjadi secara bersamaan. Saat seperti ini, komputer perlu untuk dimatikan sesaat. Sama seperti halnya individu autistik, pada saat seperti ini, mereka perlu untuk menenangkan diri atau ‘mengendalikan’ proses yang terjadi dengan feedback positif.

Banyak yang menyarankan untuk mendekati individu autistik dengan lembah lembut dan ajakan sederhana. Karena ada banyak hal yang mereka proses dalam saat yang bersamaan, mereka hanya dapat memproses ajakan atau perintah sederhana. Terlalu banyak perbincangan atau suara akan semakin membuat mereka kewalahan. Jika ada terlalu banyak pembicaraan, berarti proses yang mesti mereka cerna akan makin banyak.

Cara lain untuk menenangkan situasi meltdown adalah dengan memberikan mereka waktu sendiri. Pastikan kita menghargai ruang mereka. Meltdown adalah proses di mana mereka merasa trauma dan kehilangan kontrol diri mereka. Hal itu bukan hal yang “normal” dilakukan orang pada umumnya, sehingga hal tersebut dirasakan memalukan bagi mereka.

Bagi orang kebanyakan, kondisi meltdown terlihat menakutkan dan aneh. Bagi penyandang autis, hal tersebut hanyalah menakutkan. Kita harus memahami bahwa ini bukan hal yang mudah bagi individu autistik. Beri mereka ruang, berikan ajakan yang sederhana saat mereka mampu merespon. Yang terakhir, jangan biarkan mereka merasa kesepian.

Sumber: https://www.autismsociety-nc.org/autism-meltdown/

Penulis: Yesi Riana | Marketing di Community Music Center, Jakarta

Ads on us
Pengenalan Autisme
Iklan Tes Deteksi
Kritik & Saran