Sharing

Melawan Prasangka

Penulis: Yesi Riana | Kamis, 15 April 2021

Setelah menikah dengan kekasih SMA-nya 25 tahun yang lalu, Crystal memiliki 4 orang anak, 3 orang laki-laki dan seorang perempuan, yang umurnya berkisar antara 12-20 tahun. Dua dari 3 putranya didiagnosa autistik. Pada awalnya, Crystal mencurigai anaknya autistik sejak mereka masih bayi. Ketika ia melihat mata anak pertamanya saat baru lahir, ia tahu ada yang spesial dari bayinya. Bukan rasa spesial yang biasa seorang ibu lihat dari anaknya, tetapi ada sesuatu di balik kesempurnaan anaknya yang berbeda dari yang ia harapkan.

Saat anaknya bertumbuh, putranya tidak mengikuti perkembangan anak pada umunya. Ia tidak tersenyum, tidak banyak merespon, senang melihat beruang di layar telepon seluler serta hanya bersuara saat ia lapar. Crystal mengunjungi dokter anak dengan banyak pertanyaan dan pulang tanpa jawaban. Saat anaknya berumur 6 bulan dan tidak memiliki ketertarikan untuk duduk atau bermain, orang-orang berkomentar bahwa ia terlalu sering menggendong anaknya. Ketika anaknya tidak menirukan suara seperti anak lainnya, orang-orang mengatakan hal itu karena ia jarang mengajak anaknya berbicara. Saat anaknya tidak merangkak atau berjalan seperti anak lain, orang-orang berujar bahwa ia terlalu sering menggendong anaknya. Tidak satu pun hal-hal tersebut benar, namun tak ada seorang pun mendengarkan Crystal.

Kebanyakan hasil pertemuan dengan para dokter mengatakan bahwa semua hal tersebut disebabkan karena Crystal masih muda dan kurang berpengalaman membesarkan anak. Semua hal tersebut membuat Crystal frustasi. Akhirnya saat anaknya berusia 16 bulan, ia menghubungi program intervensi dini untuk menganalisa putranya. Ketika itu anaknya baru saja bisa berdiri dan berjalan mengelilingi benda-benda. Tetapi ia belum mampu mengeluarkan suara apa pun dan menolak berinteraksi dengan siapa pun kecuali Crystal.

Saat anaknya berumur 2 tahun, ia masuk ke pra-sekolah khusus. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang salah dengan anaknya, tetapi semua setuju bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dari sang anak. Memasuki TK, anaknya mulai bisa berbicara dengan bantuan terapis wicara. Saat umur anaknya 9 tahun, baru mereka medapatkan diagnosis. Seorang dokter yang baru saja kembali dari konferensi autisme menyimpulkan, bahwa anaknya memiliki kondisi autistik. Banyak orang tidak menerima hasil diagnosa ini.

Ketika anak keduanya lahir, Crystal melihat hal yang sama di mata anaknya. Spektrum yang dimiliki anak keduanya berbeda dengan anak pertamanya. Anak keduanya ini selalu rewel dan selalu ingin bergerak. Ia mulai berjalan di usia 9 bulan. Ia baru mulai berbicara saat ia berusia 5 tahun. Seperti anak pertama Crystal, anak keduanya pun memiliki kesulitan belajar (learning difficulties).

Saat Crystal tahu diagnosis anaknya, ia merasa lega. Setelah sekian lama tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, akhirnya ia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Anak pertamanya didiagnosa autisme. Tanda-tanda pada setiap anak dapat berbeda. Pada anak pertamaya, terdapat keterlambatan perkembangan dan kemampuan kognitif. Beberapa aspek seperti masalah dalam integrasi sensorik, masalah kemampuan berbicara dan bahasa, kemampuan adaptasi sosial dan keterampilan menolong diri merupakan hal yang mempengaruhi kondisi putra pertamanya.

Anak keduanya didiagnosa PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified) atau memperlihatkan sekumpulan gangguan perkembangan, namun tidak spesifik merujuk ke autistik. Ia juga memiliki gejala-gejala seperti anak pertamanya, tetapi lebih tidak kentara.

Menurut Crystal, hal yang paling sulit selama membesarkan anaknya adalah kurangnya pengetahuan dan penerimaan mengenai autisme. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi anak-anaknya adalah prasangka dan ketidakpedulian dalam masyarakat. Menurut Crystal, seharusnya tidak sulit menerima perbedaan yang dimiliki anak-anak atau individu autistik. Orang tua seharusnya tidak dipersalahkan. Anak atau individu autistik seharusnya tidak dipermalukan atau dianggap ‘aneh’ hanya karena mereka berbicara dan bersikap berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya.

Sumber            : https://thestir.cafemom.com/big_kid/101105/my_autism_story_crystal_has

Penulis: Yesi Riana | Marketing di Community Music Center, Jakarta

Ads on us
Kritik & Saran
Kerjasama dengan TA
Iklan Tes Deteksi