Riset di tahun 2016 menunjukkan, setidaknya sebesar 70% lebih anak autistik memiliki masalah dalam mengonsumsi makanan. Terlebih, 36% diantaranya memiliki masalah makan yang dapat dikategorikan buruk. Dr Leo Kanner (salah satu ilmuwan awal yang menemukan gejala autisme) menyebut permasalahan makan sebagai bagian dari gejala autisme. Gangguan makan dikondisikan sebagai kelainan atau gangguan yang terjadi pada kebiasaan makan seseorang, yang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada anak penyandang autisme, gangguan makan yang dialami dapat berupa keterbatasan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu. Atau kecenderungan untuk mengonsumsi makanan dengan bentuk atau tekstur tertentu saja, serta perilaku mengonsumsi makanan yang bermasalah.
Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab diantaranya adalah: gangguan sensori yang (seperti sensitif terhadap tekstur makanan tertentu, sehingga menyebabkan perasaan jijik atau enggan) mengalami rasa cemas (misalnya akibat sering tersedak, cegukan, bahkan memuntahkan makanan), dan perilaku yang cenderung kaku. Beberapa anak dengan autisme juga memiliki gangguan pada kemampuan motorik, yang menyebabkan mereka kesulitan untuk mengunyah dan menelan, dan dapat berimbas pada gangguan pencernaan.
Selain beragam masalah tersebut, ada dua jenis gangguan makan yang dapat dialami oleh individu autistik.
Pertama, mengonsumsi makanan secara berlebihan.
Gangguan ini sudah menjadi gejala umum yang dialami oleh individu berusia anak-anak maupun dewasa dengan autisme. Mungkin kita menduga bahwa individu autistik dapat menjadi semakin kurus karena picky(pemilih) dalam mengonsumsi makanan, namun kemungkinan yang terjadi bisa sebaliknya. Ada individu autistik yang memiliki sensivitas buruk pada sinyal tubuh tertentu, sehingga sulit merasa kenyang setelah makan. Keengganan untuk mengonsumsi makanan dengan rasa, tekstur, dan aroma tertentu dapat mengakibatkan individu autistik dapat mengonsumsi makanan dengan kalori tinggi dan gizi yang rendah secara berlebihan. Akibatnya, mereka dapat mengalami obesitas plus asupan nutrisi yang buruk.
Kedua, gangguan makan yang disebut Pica.
Pica adalah gangguan makan yang ditandai dengan perilaku makan yang tidak wajar, yaitu keinginan memakan suatu benda yang sebenarnya tidak untuk dimakan. Umumnya Pica dialami oleh individu autistik yang memiliki disabilitas intelektual (perlu diketahui, bahwa tidak semua individu autistik memiliki disabilitas intelektual, dan spektrum autisme merupakan spektrum yang sangat luas dengan beragam kondisi). Bagi mereka yang mengalami Pica, para orang tua dan pengasuh harus ekstra waspada, karena bisa saja mereka memasukkan benda-benda berbahaya atau beracun ke dalam mulut (semisal cat, lem, klorin dalam kolam renang, pasta gigi dan lain sebagainya). Hal ini disebabkan karena adanya gangguan dalam kemampuan intelektual yang membuat mereka tidak mampu mengenali bahaya dari benda yang dikonsumsi tersebut. Bagi para orang tua dan pengasuh anak autistik disertai gangguan perkembangan intelektual, ada resiko untuk mengalami stres yang berlebih, karena mereka mesti meningkatkan penjagaan ekstra ketat terhadap anak.
Para ahli klinis yang menangani individu autistik telah melakukan program intervensi untuk menangani isu gangguan makan ini. Umumnya mereka akan melibatkan dokter anak, ahli gizi, dan ahli terapi (terapi okupasional, terapi perilaku, atau terapi bicara). Sebagai satu tim, para ahli ini akan bertemu dengan orang tua dan anak untuk mendiskusikan penanganannya dan mengubah pola rutinitas makan dalam keluarga. Mereka akan mengobservasi bagaimana anak tersebut makan dan menganalisa gejala-gejala yang muncul, setelah itu dilanjutkan dengan terapi yang dirancang secara personal mengikuti kebutuhan anak. Ahli terapi juga akan mengajari orang tua atau pengasuh dalam menerapkan strategi tertentu pada anak, sambil sambil memantau perilaku anak mereka. Oleh sebab itu, dibutuhkan perhatian yang sangat besar dari orang tua maupun pengasuh terkait dengan gangguan makan yang dialami anak dengan autisme.
Sumber :
Artikel online berjudul : Autism and Health (A Special Report by Autism Speaks)- Autism and Feeding/Eating Issues, ditulis oleh organisasi Autism Speaks tahun 2017 (artikel tersebut telah disalur dari sekumpulan jurnal penelitian ilmiah mengenai ASD).
Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta