![](https://temanautis.com/storage/photos/shares/7457.jpg)
Mickie McLaughlin adalah seorang wanita yang berasal dari Battle Creek, Michigan, Amerika Serikat. Dalam artikel ini, Mickie menceritakan kisahnya mengenai pengalamannya berinteraksi dengan individu autistik.
Saat Mickie masih berusia 16 tahun, ia bertemu dengan seorang remaja laki-laki dari kelas matematika. Remaja ini sangat pintar, perhatian, lucu, meski ada sedikit hal yang terasa janggal dalam diri remaja pria ini. Meski demikian, mereka sering bertemu dan mengobrol setiap hari. Mickie merasa nyaman dengannya, dan si remaja pria ini tidak pernah menghakimi orang lain dan sangat logis. Mickie merasa bisa menceritakan apa saja dengannya. Mereka pun saling berteman akrab, sampai akhirnya ia pun memberikan nomer teleponnya kepada pria tersebut. Setiap malam mereka berbincang lewat telepon.
Kisah mereka pun berlanjut sampai beberapa bulan kemudian, saat sedang mengobrol di telepon, lelaki ini tiba-tiba menyatakan perasaannya kepada Mickie. Gayung bersambut, Mickie memberikan jawaban yang sama kepada lelaki ini. Mereka pun mulai berkencan.
Suatu hari, saat Mickie berkunjung ke rumah kekasihnya tersebut, ia berbincang dengan Ibu kekasihnya. Sang Ibu bercerita bahwa anaknya adalah penyandang autis. Saat itu Mickie tidak menyangka bahwa kekasihnya adalah penyandang autis, karena sikapnya yang terlihat tidak berbeda dengan oranglain pada umumnya. Menurut Mickie, pasangannya mau berbincang dengan orang-orang lain dan tidak ada pergerakkan badan yang diulang-ulang. Tetapi ia memang sangat logis dan tidak menyukai beberapa hal, seperti sentuhan pada kulitnya dan sangat tidak suka pada hal-hal kotor.
Ibunya bercerita, bahwa ia telah melihat tanda-tanda yang “aneh“ sejak putranya masih berusia satu atau dua tahun. Sang ibu mencoba mengajak putranya duduk di atas rumput dan si anak menangis karena tidak menyukainya. Setelah terdiagnosa autistik, butuh bertahun-tahun bagi pasangan Mickie untuk mengembangkan kemampuannya. Tetapi berkat sang Ibu yang gigih mendampingi putranya, sang anak telah berumur 20 tahun dan dapat hidup mandiri, dan akhirnya menikah dengan Mickie dan memiliki seorang anak.
Menurut Mickie, suaminya memiliki pekerjaan dan bekerja keras bagi keluarganya. Ia mengakui, kondisi suaminya terkadang membuat situasi sulit, dan ia harus sabar menghadapinya. Namun menurutnya semuanya itu layak dijalani. Berdasarkan pengalamannya, orang-orang autistik dapat menjadi teman yang sangat pengasih, peduli, dan unik. Mickie berkata, setelah 4 tahun saling mengenal dan 2 tahun menikah, ia tidak akan menukarkan suaminya dengan sosok lain.
Kisah ini membuktikan bahwa setiap individu autistik layak untuk dikasihi dan diberi kesempatan yang sama seperti orang lain. Serta bahwa kesabaran dan pengertian dapat mengalahkan rintangan.
Sering kali penyandang autisme dianggap tidak akan memiliki masa depan dan tidak akan pernah bisa memiliki pasangan. Kenyataannya tak selalu demikian. Ada banyak pasangan yang akhirnya bisa saling menerima dan hidup bersama. Yang dibutuhkan adalah penerimaan dan kasih sayang. Kisah suami Mickie McLauglin adalah buah dari kegigihan Ibu yang tidak menyerah pada keadaan anaknya, dan istri yang mau menerima dan mengasihi dalam segala kondisi.
Sumber : https://theautismsite.greatergood.com
Penulis: Yesi Riana | Marketing di Community Music Center, Jakarta