Autism Awareness, Meningkatkan Kepedulian Publik tentang Autisme
Setiap tahun, Autism Awareness International Day atau Hari Peduli Autisme Internasional, digelar pada bulan April. Tahun ini, ada banyak acara digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang autisme. Salah satu acara yang cukup sering digelar adalah Funwalk. Di Semarang, Jawa Tengah, misalnya, ada acara Funwalk yang digelar oleh Komunitas Sahabat Difabel pada hari Minggu, 29 April 2018.
Acara yang bertemakan Fun Walk Autism 2018 – Road to Autism Asian Games 2018 Jakarta ini adalah kali keempat acara serupa digalangkan oleh Komunitas Sahabat Difabel. Dengan berlangsungnya acara ini, mereka berharap masarakat semakin sadar tentang autisme dan tidak lagi menjadikan autisme sebagai bahan olokan. Acara ini diselenggarakan pada saat Car Free Day di Jalan Pahlawan dan melibatkan orang dari banyak peserta dan relawan dari beragam institusi dan komunitas, diantaranya UNIKA, UNNES, UNDIP, UNISSULA dan Semarang Community.
Tak hanya sekedar berjalan-jalan, seorang anak penyandang Autisme bernama Bagus pun memainkan biola dalam acara ini. Selain itu ada juga lomba lari, penampilan puisi atau pidato, dan pameran kursi roda bermotor karya penyandang difabel. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan autisme dan perlunya menerima individu autistik sebagai bagian dari masyarakat.
Mengubah stigma terhadap autisme
Di Jakarta, hal serupa diselenggarakan oleh Yayasan Autisma Indonesia (YAI). Acara yang bertajuk “Light It Up Blue” ini diadakan pada hari Minggu, 1 April 2018 di Monumen Nasional Indonesia. Acara ini pun merupakan acara tahunan yang diadakan untuk memperingati bulan Autisme. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan Autisme.
Pada tanggal 25 Maret 2018, ada sebuah acara lain yang diselenggarakan oleh Dreamdelion bekerja sama dengan Rumah Autis, yaitu Gelar Karya Anak Spesial (GKAS) dalam rangka memberikan ruang untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk mempertunjukkan hasil karya mereka. Acara ini diadakan di Green Pramuka Square, Jakarta.
Tema yang diusung adalah, “See the Able, not the Label,” GKAS mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap keberadaaan teman-teman difabel, bahwa mereka pun bisa menghasilkan karya-karya special. Pendiri Dreamdelion, Alia Noor Anoviar, mengatakan bahwa latar belakang GKAS adalah keinginan untuk memberdayakan rekan-rekan dengan kebutuhkan khusus.
Pada acara ini juga terdapat sesi talkshow dengan tema, “Merajut Mimpi Di Tengah Keterbatasan,” dihadiri oleh Michael Antohny (Pianist), Mimi Mariana Lusli (CEO Mimi Institut), Habibie Afsyah (Internet Marketer), dan Sela Fasya sebagai moderator. Tema kedua adalah “Mewujudkan Kesetaraan dalam Dunia Kerja Bagi Para Disabilitas,” dihadiri oleh Dimas Muharram (CEO Kartunet), Nicky Claraentia Pratiwi (Head of Business Development Thisable Enterprise), dan Bayu Oktara selaku moderator.
Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk mengubah stigma masyarakat akan autisme dan menyadarkan masyarakat akan autisme. Selain itu, acara-acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan rasa empati masyarakat, serta agar autisme tidak lagi dijadikan bahan olokan.
Kita semua dapat berkontribusi dengan ikut serta dalam acara-acara yang diadakan oleh komuitas-komunitas autisme. Atau, kita juga bisa memulainya dengan memberikan pengertian kepada lingkungan di sekitar kita yang masih memiliki pemikiran keliru tentang autisme. Remember that sharing is caring!
Sumber :
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University