Anak autistik memiliki cara makan yang berbeda dengan anak lainnya. Cara anak autistik mengkonsumsi makanan seperti menolak makan, memilih-milih makanan, kesulitan menerima makanan baru, dan gerakan mengunyah yang sangat pelan, bisa menjadi permasalahan yang serius terkait dengan asupan gizinya. Sebagian besar anak autistik menunjukkan perilaku makan yang tidak biasa. Anak autistik memiliki sistem pencernaan yang berbeda dibandingkan dengan anak yang normal. Karena itu, perlu diberikan penanganan gizi melalui intervensi diet sesuai dengan kebutuhan anak.
Perlu dicatat bahwa tidak semua anak autistik harus menjalani diet tertentu, serta perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Diet juga tidak dapat dilakukan sembarangan dengan menghilangkan makanan tertentu begitu saja. Sebelum melakukan diet tertentu, sebaiknya ditambahkan makanan lain yang diperbolehkan sehingga anak tidak kekurangan zat gizi dan mencoba makanan yang baru. Beberapa jenis diet spesial yang dapat diterapkan untuk anak autistik, diantaranya :
-
Gluten, Casein, Soy Free Diet (GFCFSF)
Diet ini menghindari gluten (protein utama dalam gandum, gandum hitam, barley, oat, spelt, dan kamut), casein (protein utama dari produk susu dan binatang), dan soy (kedelai). Diet ini merupakan diet umum yang diberlakukan dalam penanganan autistik. Kandungan gluten, casein, dan soya yang mungkin tidak tercerna dapat menjadi peptida dan memasuki aliran darah ke dalam usus halus. Sebagian protein peptida juga bisa melintasi batas sawar otak yang dapat mempengaruhi fungsi otak dan memicu peradangan otak. Perubahan umum yang terjadi setelah diet ini diterapkan, yaitu kontak mata, perhatian, bahasa, kualitas buang air besar yang membaik, serta mengurangi perilaku anak autistik tertentu yang cenderung melukai dirinya.
-
Low Phenol atau Salicylate (feingold) Diet
Diet ini menghindari fenol dan salisilat yang terjadi secara alami pada makanan tertentu. Zat tersebut ditemukan pada sejumlah makanan berupa buah-buahan (apel, anggur merah, dan tomat) dan berbagai zat tambahan pada makanan lainnya.
-
Specific Carbohydrate Diet (SCD) dan Gut and Psychology Syndrome (GAPS) Diet
Diet ini menangani permasalahan pada pencernaan yang terus menerus timbul seperti keluhan gas dalam perut, kembung, susah buang air besar, diare,dan pertumbuhan jamur yang berlebihan. Makanan yang dihindari yaitu produk dengan gula, biji-bijian, zat tepung atau pati, kacang-kacangan, dan susu.
-
Anti Yeast atau Anti Candida Diet dan The Body Ecology Diet(BED)
Diet ini membantu anak yang mengalami masalah usus kronis dengan pertumbuhan jamur yang berlebihan. Diet anti jamur ini menghindari makananyang mengandung gula, ragi, zat tepung, jus buah, biji-bijian yang sudah diolah, dan daging yang sudah diproses.
-
Low Oxalate Diet (LOD)
Zat oksalat ditemukan pada biji-bijian, kacang-kacangan, tanaman, dan buah-buahan. Oksalat yang berlebihan dapat menyebabkan nyeri pencernaan dan menimbulkan rasa sakit serta batu ginjal pada sistem pencernaan anak. Kekurangan vitamin B6 dan Magnesium dapat meningkatkan kadar zat oksalat.
Intervensi diet harus dilakukan secara bertahap, misalnya di tahap awal hanya diterapkan saat makan malam, kemudian makan pagi dan selanjutnya makan siang, dan akhirnya pada makanan selingan. Bila diet dilakukan sekaligus, dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak, biasanya tidak lama namun bisa berdampak cukup berat, terutama pada anak autistik yang berusia lebih muda. Mengurangi dan menghilangkan zat makanan juga dapat mengurangi pemasukan vitamin tertentu ke dalam tubuh, karena itu anak harus diberi suplemen vitamin sesuai dengan kebutuhannya.
Sumber :
The ADHD and Autism Nutritional Supplement Handbook dalam Buletin LRD bulan April 2014.
Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta