
Juliane Khadra adalah seorang Ibu dengan anak penyandang autisme asal South Surrey, British Columbia, Kanada. Anak Juliane yang bernama Liam Khadra saat ini berusia 10 tahun. Sekolah Liam memberikan bantuan terapi ABA (terapi perilaku atau applied behavioural analysis). Namun belakangan, bantuan tersebut dikurangi oleh distrik sekolah setempat. Dari terapi yang awalnya sebanyak 27.5 jam per minggu menjadi 25 jam per minggu. Hal ini berdampak tidak mengenakkan bagi keluarga Juliane, karena ia harus menjemput Liam dari Sekolah Dasar White Rock lebih cepat dari biasanya. Pejabat distrik setempat mengatakan keputusan alokasi waktu tersebut didasarkan pada evaluasi berkelanjutan dan ekstensif terhadap kebutuhan siswa.
Juliane pun mengajukan banding atas keputusan tersebut. Sebagai bukti pendukung, ia memberikan dokumentasi tambahan kepada pejabat distrik untuk meminta dukungan waktu terapi penuh di sekolah. Fokus yang diutamakan oleh Juliane adalah keadaan Liam yang berisiko dapat membahayakan bagi dirinya sendiri. Menurut Juliane, putranya memiliki kondisi kesehatan jantung yang berisiko, namun ia belum bisa mengkomunikasikan gejala yang mungkin ia sedang alami. Hal ini menurutnya, merupakan risiko yang tak dapat ditawar.
Dalam sebuah pertemuan dengan asisten pengawas distrik sekolah, Juliane memahami bahwa alasan kondisi keselamatan adalah alasan yang tepat digunakan untuk mengajukan banding, dibandingkan menggunakan pendidikan sebagai alasan.
Setelah satu minggu, distrik sekolah akhirnya memberikan tambahan waktu bagi terapi Liam. Mereka memberikan kembali tambahan waktu 30 menit setiap harinya bagi Liam. Hal ini tentu saja sangat menggembirakan bagi Juliane dan keluarganya.
Menurut juru bicara distrik sekolah, Doug Strachan, Liam bukanlah satu-satunya siswa yang diberi tambahan waktu terapi. Ada beberapa keluarga lain yang mendapatkan dukungan tambahan waktu untuk terapi.
Menurut Doug- via komunikasi email dengan surat kabar setempat- hal ini adalah hal yang wajar. Setiap tahun mendekati dimulainya tahun ajaran baru, distrik sekolah selalu memiliki analisa data tentang pendaftaran siswa dan berapa staf yang dibutuhkan.
Orang tua lain yang juga berasal dari White Rock, Rozann Pedersen, mengatakan ia juga sangat senang mengetahui bahwa akhirnya putranya, Lucas, memperoleh bantuan terapi penuh waktu dari sekolah. Kabar gembira itu diterimanya beberapa hari setelah ia mendatangi langsung pemimpin sekolah untuk membahas masalah penambahan waktu terapi.
Baik Juliane maupun Rozann merasa sangat bersyukur akan diberikannya kembali tambahan waktu terapi bagi anak-anak mereka. Tetapi mereka tidak terkejut jika tahun depan mereka harus menghadapi masalah serupa.
"Setiap tahun Anda harus melalui hal yang sama persis," ujar Juliane. “Kami mendapatkan apa yang kami inginkan untuk saat ini. Namun kita tak tahu apa yang akan terjadi tahun depan. "
Sumber : https://www.peacearchnews.com/news/success-story-for-families-fighting-for-autism-help/
Penulis: Yesi Riana | Marketing di Community Music Center, Jakarta