Tips untuk orang tua (bagian 3)
Liburan akhir tahun sudah di depan mata, saatnya menyiapkan rencana bepergian dan mengajak anak untuk berkunjung ke sanak-saudara, atau relaksasi mengunjungi tempat-tempat baru yang menarik. Berlibur dan berkunjung ke tempat baru dan asing akan menjadi kegiatan yang seru bagi orangtua dan anak. Namun, mengajak anak autistik berlibur perlu persiapan dan perencanaan yang matang sejak jauh-jauh hari.
Banyak anak autistik memiliki masalah dengan sensitivitas sensori, termasuk masalah auditori (sensitif terhadap kebisingan suara), vestibular (keseimbangan), dan ada pula yang memiliki masalah hiperaktifitas serta kondisi lainnya. Beragam kondisi ini dapat membuat anak terganggu, rewel atau tantrum (ledakan kemarahan yang sulit dikontrol), ketika mereka menghadapi situasi yang berbeda dari biasanya.
Para orangtua dari komunitas Putrakembara (komunitas-puterakembara.net), sebuah komunitas online yang digagas oleh para orangtua dengan anak autistik, berdiskusi tentang ‘serunya’ persiapan membawa anak bepergian dengan pesawat. Berikut adalah tips-tips yang mereka bagikan, berdasarkan pengalaman pribadi saat mengajak si kecil berlibur. Semoga bermanfaat, dan dapat membantu Ayah Bunda dalam mempersiapkan perjalanan liburan bersama putra dan putri tercinta!
Persiapkan sejak dini
Salah satu orangtua berbagi tips mengenai persiapan yang dilakukannya sejak jauh hari sebelum bepergian:
- Membuat social story: mencetak foto-foto yang menggambarkan proses perjalanan, mulai dari packing, berkendara ke bandara, suasana di bandara dan check-in, duduk di pesawat, pesawat sedang terbang, mendarat, sampai di hotel, dan menandai kalender untuk memberi tahu berapa lama waktu liburan.
- Menggunakan buku cerita bergambar: bercerita tentang liburan dan pesawat dari buku, kemudian menggunakan mainan pesawat dan mobil-mobilan untuk menggambarkan ceritanya.
- Mengajak si kecil ‘simulasi’: anak diajak ke bandara, melihat pesawat dari anjungan pengantar. Bisa juga diajak ke tempat rekreasi (seperti di Taman Mini atau TMII) yang memiliki museum transportasi. Anak bisa diajak untuk melihat dan naik pesawat ‘betulan’ sehingga ia lebih familiar dengan bentuk transportasi tersebut.
- Membuat visual schedule, mulai dari tahapan berangkat, check in, masuk ruang tunggu, naik pesawat, dan sebagainya.
Peralatan ‘siap tempur’
Beberapa orangtua menyarankan untuk menyiapkan beberapa perlengkapan demi kenyamanan si kecil di dalam pesawat.
- Airplug (penutup telinga kedap suara) atau headphone untuk membantu meredakan kebisingan dan tekanan suara di pesawat. Si kecil perlu dibiasakan juga untuk mengenakan perangkat tersebut sebelumnya.
- Cemilan dan mainan yang disukai anak, termasuk mainan/buku baru yang pasti akan disukainya. Pilih mainan yang bisa membuat anak fokus dan konsentrasi cukup lama. Misalnya, kalau si kecil suka bermain kartu bergambar, bawa beberapa jenis kartu. Jika ia suka video Barney, unduh beberapa video kesukaannya di ponsel atau gawai, sehingga ia punya banyak pilihan.
- Minum yang cukup dan mengunyah permen lunak yang kenyal (jika dibolehkan) seperti gummy akan membantu untuk meredakan tekanan tak nyaman di telinga.
- Bawa makanan kesukaan secukupnya. Beberapa orangtua menyarankan, jangan sampai melewatkan jam makan anak. “Saya biasa bawa nasi dan lauknya dan saat jam makan harus makan di mana pun posisinya. Bisa di pesawat atau di ruang tunggu”.
Saat hari-H
- Usahakan untuk buang air kecil sebelum naik ke pesawat. Anda juga bisa menyiapkan baju hangat jika diperlukan.
- Sebagian besar orang tua menyarankan untuk memilih duduk di baris terdepan, yang memiliki ruang lebih lega dan memungkinkan keluar masuk pesawat lebih cepat. Menurut pengalaman salah satu orangtua, di bagian depan suara mesin tidak sebising di posisi dekat mesin atau di tempat duduk belakang.
- Ada anak yang menolak untuk duduk dengan sabuk pengaman. Karena itu, sebaiknya anak dibiasakan terlebih dulu untuk mengenakan sabuk pengaman (misalnya di mobil).
- Sebelum naik pesawat, ajak anak jalan-jalan dan menikmati suasana di bandara. Jika ia cukup aktif, maka Anda bisa mengajaknya mengelilingi toko-toko, naik eskalator, melihat mobil pengangkut barang di bandara, dan menikmati makanan kesukaan di restoran yang tersedia. Penting untuk membuatnya enjoy dan santai sebelum menempuh perjalanan panjang di pesawat.
Persiapan mental
Hal terpenting yang juga perlu disiapkan adalah kondisi fisik dan mental orangtua. Istirahat cukup dan menjaga kondisi agar fit saat berlibur merupakan hal yang mutlak dilakukan. Beberapa orangtua berbagi pengalaman, bahwa persiapan mental Ayah Bunda merupakan hal yang tak kalah penting. “Yang sering terjadi, anak kita akan diperhatikan banyak orang. Apalagi kalau tiba-tiba ia super rewel dan tantrum. Orangtua harus ekstra sabar dan tenang dalam menghadapi hal ini. Jika Ayah dan Bunda tegang, maka si kecil pun akan merasa tak nyaman.” Jangan lupa untuk memberitahukan kondisi anak pada air crew atau petugas maskapai, sehingga mereka dapat mengantisipasi jika si kecil tiba-tiba tantrum atau mengalami reaksi emosional yang cukup lama, terutama untuk penerbangan jarak jauh.
Sumber: Sharing orang tua di komunitas milis Putrakembara tentang topik “Naik Pesawat untuk Anak Autis” (2014)
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University