Anak autistik memiliki beberapa ciri atau karakteristik. Meski ciri-ciri autistik pada setiap anak berbeda, karena autistik pada dasarnya merupakan gangguan perkembangan yang kompleks. Karena itu, istilah yang sering digunakan adalah “Spektrum Autistik”. Artinya, gangguan autistik memiliki rentang yang luas, dan ciri-ciri yang muncul dapat berbeda pada tiap anak.
Menurut Adriana S. Ginanjar, psikolog dari Universitas Indonesia dan orangtua dari penyandang autistik, ada beberapa ciri khas yang tampak pada anak-anak autistik, diantaranya adalah:
1. Kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
Salah satu ciri yang paling terlihat pada anak autistik adalah kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Umumnya, mereka lebih suka menyendiri dan tidak suka diganggu saat asik melakukan kegiatannya. Anak-anak ini juga tampak jarang berinteraksi dengan teman sebayanya. Biasanya, mereka akan mendekati orang lain jika menginginkan sesuatu. Misalnya dengan menarik tangan atau menunjuk benda yang diinginkannya.
Beberapa perbedaan yang kerap ditunjukkan oleh anak autistik dalam berinteraksi misalnya, jarang melakukan kontak mata, tidak banyak tersenyum atau menunjukkan ekspresi emosi seperti anak-anak lainnya.
2. Hambatan dalam berbicara dan berinteraksi
Terlambatnya perkembangan bahasa juga menjadi salah satu ciri yang khas pada anak autistik. Sebagian dari mereka ada yang bisa berbicara dengan baik, namun ada pula yang tak bisa bicara atau hanya menguasai sejumlah kata hingga mereka berusia dewasa. Dalam perkembangannya, ada anak autistik yang sering mengulang perkataan orang lain atau suara tertentu (istilahnya adalah ‘ekolalia’).
3. Tingkah laku repetitif dan minat yang sempit
Sebagian anak-anak autistik sering menunjukkan tingkah laku khusus yang cenderung dioulang-ulang. Misalnya, berputar-putar, menepuk-nepuk tangan atau menggoyangkan badan ke depan dan ke belakang. Tingkah laku ini disebut dengan “stimming” atau stimulasi diri. Umumnya perilaku ini muncul saat mereka berada dalam kondisi emosional tertentu, seperti frustasi, marah atau sangat senang.
4. Gangguan tingkah laku
Gangguan tingkah laku dapat muncul dalam bentuk hiperaktivitas atau agresivitas pada sebagian anak autistik. Mereka dapat berlarian, memanjat atau berputar-putar secara terus-menerus. Tantrum atau tingkah laku mengamuk juga dapat muncul jika mereka dilarang atau diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai. Tantrum dapat berupa tangisan, amukan atau tingkah laku yang agresif (misalnya memukul atau menggigit dirinya atau orang lain).
5. Kelekatan pada benda
Jika anak-anak pada umumnya memiliki hubungan yang erat dengan orangtua atau pengasih, maka anak-anak autistik cenderung memiliki ikatan yang lekat dengan benda-benda. Misalnya, membawa benda tertentu ke mana pun mereka pergi. Cara mereka memperlakukan benda dan mainan pun berbeda. Sebagian anak mungkin suka menyusun benda-benda dengan urutan yang sama, atau mengetuk benda berkali-kali untuk mendengarkan bunyinya.
6. Masalah sensorik
Sebagian besar anak-anak autistik memiliki masalah pada fungsi sensorik. Menurut Adriana, ketidakmampuan mereka untuk menyaring dan mengolah informasi dari luar, menyebabkan mereka bereaksi berlebihan terhadap rangsang yang masuk ke panca indera. Misalnya, bagi sebagian anak suara-suara di sekitar terdengar seperti kebisingan yang luar biasa sehingga mereka menutup telinga. Atau mereka menolak untuk dipeluk karena merasa tidak nyaman. Ada juga anak-anak yang sangat sensitif terhadap cahaya lampu maupun aroma (bau-bauan) tertentu.
7. Perkembangan yang tidak seimbang
Anak-anak pada umumnya memiliki perkembangan yang bertahap pada semua bidang. Namun pada anak-anak autistik, secara umum perkembangannya terhambat, terutama pada aspek bahasa, keterampilan sosial, kemampuan motorik halus serta pembentukan konsep. Tetapi ada juga aspek-aspek tertentu yang berkembang di atas rata-rata. Misalnya, sebagian anak memiliki kemampuan visual yang sangat baik sehingga mampu menyusun puzzle atau lego, maupun memainkan program komputer. Ada pula yang memiliki kemampuan motorik kasar yang baik atau ada anak-anak yang punya kemampuan berhitung maupun membaca di usia dini tanpa pelatihan khusus.
Resikonya, ketidakseimbangan perkembangan ini dapat menyulitkan dalam mencari dan menyusun program pendidikan yang tepat. Namun di sisi lain, kelebihan-kelebihan yang mereka miliki dapat diasah serta dikembangkan sehingga mereka dapat memiliki potensi serta prestasi yang menonjol.
8. Muncul pada masa bayi atau kanak-kanak
Menurut Adriana, autisme adalah gangguan perkembangan yang ciri-cirinya sudah muncul sejak masa bayi atau sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Istilah yang sering digunakan adalah “Autisme Infantil”. Ada anak-anak autistik yang sudah menunjukkan gangguan sejak awal, namun ada pula yang berkembang normal dalam tiap aspek hingga usia sekitar dua tahun dan menunjukkan kemunduran. Misalnya, ada sebagian anak yang awalnya mampu bicara, namun tiba-tiba hilang kemampuannya. Kemunduran ini, menurut Adriana, belum diketahui penyebabnya dengan pasti.
Sumber: dirangkum dari “Panduan Praktis Mendidik Anak Autis: Menjadi Orang Tua Istimewa” karangan Adriana S. Ginanjar
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University