Sehari-hari

Autisme dan Diet Makanan

Penulis: Hersinta | Friday, 11 September 2020

Salah satu diet yang populer dijalankan oleh anak atau individu autistik adalah diet bebas gluten dan kasein (gluten free casein free, atau disingkat dengan istilah CFGF). Sebetulnya, apa sih yang disebut dengan diet CFGF? Apakah diet ini efektif bagi anak atau individu autistik? Sebelum memutuskan untuk menerapkan diet CFGF bagi buah hati tercinta, yuk kita cermati dulu fakta seputar diet ini dan apa resiko serta keuntungannya bagi kesehatan anak.

Diet CFGF dan masalah “kebocoran usus”

Pada dasarnya, diet bebas gluten dan kasein membatasi atau menghilangkan asupan jenis makanan tertentu dalam konsumsi sehari-hari, yang mengandung dua jenis protein: gluten (yang merupakan komponen protein dalam gandum, barley, rye dan sebagian besar produk oat) dan kasein (komponen protein yang berasal dari susu atau produk dairy). Beberapa riset, seperti riset dari Harvath dan Perman (2002) menemukan bahwa sebagian anak autistik dapat mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan bawah. Gangguan ini diistilahkan dengan “leaky gut” atau “kebocoran usus”, di mana produk pencernaan dapat menembus dinding usus karena ada rongga di antara dinding usus. Akibatnya, proses untuk mencerna makanan atau penyerapan nutrien tertentu tidak dapat berlangsung dengan baik.

Masalah alergi pangan

Beberapa riset lain berpendapat bahwa ada anak-anak yang memiliki alergi dengan kandungan pangan tertentu, seperti kandungan protein dalam gluten dan kasein. Alergi dapat memperburuk kondisi anak autistik, dan gejala alergi pangan dapat memicu beberapa reaksi negatif pada perilaku anak. Misalnya, reaksi sakit perut, sakit kepala, menangis berlebihan, sensitif pada suara maupun depresi yang memicu terjadinya kondisi hiperaktif dan agresif pada anak. Menurut ahli pangan dari Universitas Atmajaya, Prof. Dr. F.G Winarno, alergi pangan dapat terjadi pada 5-8% anak autistik. Alergi terhadap jenis pangan selain gluten dan kasein dapat terjadi pada anak autistik, namun efeknya bervariasi untuk setiap anak.

Efektif atau tidak?

Jika anak terbukti atau terdiagnosa memiliki masalah alergi terhadap gluten dan kasein, maka menghilangkan kedua pemicu alergi ini merupakan solusi yang baik. Logikanya, kondisi yang membuat anak tidak nyaman (reaksi alergi yang dipicu dari kandungan makanan tersebut) akan mereda sehingga mengurangi reaksi negatif yang berdampak pada perilaku anak. Sebagian orangtua anak autistik melaporkan bahwa anak-anak mereka menunjukkan kemajuan dalam perilaku serta perkembangan mereka setelah menjalani diet CFGF. Meski demikian, merujuk pada jurnal ilmiah Neurology, efektifitas dari diet CFGF pada keseluruhan anak autistik, belum terbukti.

Resiko yang perlu dipertimbangkan

Apa resikonya jika menerapkan diet ini? Salah satunya adalah membatasi asupan dan pilihan makanan bagi anak autistik, merupakan tantangan yang cukup berat. Apalagi jika buah hati memiliki masalah sensori yang menyebabkan mereka menjadi pemilih dalam mencoba makanan. Beberapa resiko yang mungkin timbul adalah kekurangan nutrisi yang tidak dapat digantikan oleh asupan vitamin atau suplemen. Produk susu atau dairy, misalnya, merupakan sumber kalsium, yang berfungsi menjaga kesehatan tulang. Jika ingin mengadopsi diet CFGF, maka disarankan untuk perlahan mengurangi asupan bahan makanan dan minuman yang mengandung kedua komponen tersebut, serta mencari alternatif bahan pengganti atau subsitusi (misalnya, mengganti susu sapi dengan susu kedelai atau almond).

Apa yang sebaiknya dilakukan

Menurut jurnalis kesehatan S. Jhoanna Robledo dan direktur Michigan Autism Parenting Dawn Ham-Kucharski dalam buku The Autism Book, jika orangtua ingin menerapkan diet CFGF pada anak mereka, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan ahli saluran pencernaan (gastroenterologist), spesialis di bidang alergi makanan serta ahli nutrisi. Jangan melakukan trial and error atau sembarang menerapkan diet makanan pada buah hati sebelum memperoleh diagnosa yang tepat. Berkonsultasi dengan ahli dan tenaga kesehatan profesional untuk mendapat informasi serta data yang akurat merupakan hal terpenting sebelum Ayah dan Bunda memutuskan untuk menjalani diet makanan bagi putra-putri tercinta.

Sumber: dirangkum dari buku “The Autism Book” karangan S. Jhoanna Robledo dan Dawn Ham-Kucharski, serta “Panduan Praktis Pemberian Makanan” karangan Prof. Dr. F.G Winarno, Widya Agustinah, S.Si dan Rini Sanyoto, MBA 

Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University

Kerjasama dengan TA
Iklan Tes Deteksi
Pengenalan Autisme
Kritik & Saran