Sicile Kira yang merupakan seorang ibu dengan anak autistik. Ia berujar, “Saya tidak menyangka memiliki seorang anak remaja pria yang terdiagnosa dengan ASD”. Ketika anaknya memasuki masa remaja di era tahun 1990-an, belum cukup banyak pengetahuan dan penelitian dilakukan yang berhubungan dengan ASD. Namun saat ini, beragam informasi dan intervensi yang terkait dengan autisme, sudah jauh berkembang. Kira menjadi seorang penulis buku dan pembicara di seminar-seminar yang berhubungan dengan gangguan ASD. Salah satu keluhan yang paling sering ia dengar dari para orang tua anak autistik adalah, mengapa anak remaja mereka yang terdiagnosa ASD semakin hari menjadi semakin parah. Menurut Kira, hal ini adalah kesalahpahaman dari pemikiran mereka sebagai orang tua. “Remaja autistik menjadi seorang anak yang tidak penurut bukan karena disebabkan oleh gejala autistiknya yang semakin parah, namun karena mereka telah memasuki tahap usia remaja”, jawab Kira. Menurutnya, sama halnya seperti remaja pada umumnya, mereka ingin hidup lebih mandiri seiring bertambahnya usia. Memiliki anak remaja autistik merupakan tantangan yang berat. Tahun-tahun perkembangan remaja merupakan salah satu tahap yang kompleks bagi seorang remaja dengan ASD.
Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang terlihat :
- Timbulnya konflik atau permasalahan dalam pertemanan dengan teman sebaya
- Menyalahartikan petunjuk sosial atau bahasa tubuh (non-verbal)
- Misinterpretasi dalam percakapan dengan orang lain (tidak nyambung)
- Kontak mata yang semakin memburuk
- Mengekspresikan dan menunjukkan bahwa mereka “sedang tidak nyaman ketika berada di situasi sosial”
- Pemikiran yang kaku dan tidak mudah dirubah
- Kesulitan pada panca indera : mengalami sensasi panca indera yang berlebihan,sulit untuk mengikuti aturan atau tata perilaku sosial (contoh : mengantri), sensitif ketika bersentuhan dengan sesuatu, dan lain-lain
- Memiliki kesulitan secara emosional : rasa percaya diri yang rendah, kesulitan menginterpretasikan emosi mereka sendiri, mood yang rendah atau depresi, adanya keinginan untuk tidak menginginkan keberadaannya, meningkatnya kecemasan secara drastis apabila berkaitan dengan situasi yang dapat memancing rasa stress mereka.
Seorang anak autistik yang beranjak ke usia remaja cenderung mengalami kesulitan. Secara fisik mereka mengalami perkembangan hormon layaknya remaja pada umumnya, namun secara emosional mereka kurang mampu menginterpretasikan atau melibatkan diri dalam hubungan emosional dengan orang lain. Kesulitan inilah yang membawa mereka rentan berada di situasi yang dibatasi dan mengalami perubahan suasana hati dengan cepat. Perubahan emosi ini dapat muncul secara intens dan sulit untuk ditebak.
Usia remaja merupakan tahapan perkembangan usia yang sangat krusial. Karena di usia tersebut, terjadi beragam perubahan di hampir semua aspek kehidupan baik secara fisik, psikologis, maupun emosional. Oleh sebab itu, remaja autistik membutuhkan bantuan yang mengarahkan mereka untuk memahami masa pubertas dan proses perkembangannya. Selain itu, sangat penting untuk terus mengajari mereka mengenai tahap perkembangan seksualitas di usia remaja. Faktanya, remaja autistik secara intuitif tidak menyadari akan adanya bentuk perubahan fisik. Sehingga informasi mengenai aktivitas tubuh mereka harus terus disampaikan. Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan. Masa pengasuhan remaja autistik bukan merupakan hal yang mudah, namun selalu ada hasilnya ketika mereka menunjukkan perubahan yang positif. Kira berujar, “Ada saat di mana kita melalui masa yang sangat sulit, terutama ketika anak memasuki usia remaja. Namun ketika kita dapat melihat perubahan positif pada mereka, semua kesulitan tersebut terbayar.”
Sumber :
Artikel online yang telah disalur dari beberapa jurnal ilmiah berjudul “Autism In The Teen Years: What To Expect, How To Help” oleh Marina Sarris (Interactive Autism Network at Kennedy Krieger Institute)
Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta