Saat memasuki usia sekolah, anak-anak dan individu autistik umumnya akan disarankan untuk dibuatkan IEP (Individualized Education Program/Plan). IEP merupakan program yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan tiap anak secara spesifik, karena kebutuhan masing-masing anak berbeda. Bagi murid-murid dengan kebutuhan khusus seperti autistik, program IEP dirancang untuk memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai, dengan seperangkat ukuran hasil untuk menunjukkan pencapaiannya (misalnya: “kurang”, “cukup”, atau ”belum tercapai”). Pada dasarnya, program IEP merupakan seperangkat dokumen tertulis berisi rancangan pendidikan anak, lengkap dengan gambaran target dan cara untuk mencapainya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dicermati saat membuat program IEP untuk anak dan individu autistik.
Membuat pra-evaluasi
Dari pengalaman penulis, di Indonesia pembuatan program IEP umumnya digagas oleh pihak sekolah atau lembaga belajar/terapi. Dalam hal ini, pihak sekolah atau lembaga belajar dapat bekerja sama dengan psikolog, dokter, pedagog (ahli pendidikan) dan terapis untuk mendiskusikan program IEP bagi anak. Berdasarkan hasil evaluasi dari observasi guru, psikolog dan tenaga ahli lain yang direkomendasikan, orangtua dapat berdiskusi lebih lanjut untuk membuat program IEP yang sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia, beberapa lembaga terapi atau learning centre juga menyediakan layanan persiapan sekolah, untuk menyiapkan anak-anak berkebutuhan khusus dalam beradaptasi dan melakukan transisi dari sekolah khusus/pusat terapi ke sekolah umum.
Apa yang diukur dalam IEP?
Program IEP akan memuat informasi detail tentang performa anak di sekolah atau di tempat terapi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam program ini juga mencantumkan target dan tujuan yang akan dicapai, dengan standar pengukuran hasil tertentu. Dengan begitu, kemajuan anak dapat dievaluasi setiap tahunnya. Sebagai contoh, dalam program IEP untuk anak autistik dapat mencantumkan tujuan seperti berikut ini:
- Target kemampuan akademik: Anak akan belajar pengetahuan baru dalam berhitung, seperti penambahan dan pengurangan.
- Target kemampuan sosial: Anak akan mengembangkan kemampuan bermain dengan teman, seperti berinteraksi dengan teman sekelas dalam kegiatan berkelompok.
- Target perilaku: Anak akan menguasai cara mengatasi perilaku negatif, misalnya meminta tolong pada orang lain, alih-alih berteriak dan memukul orang lain.
- Target motorik: Anak akan mengembangkan kemampuan kemandirian sehari-hari dan menulis dengan tangan untuk membantu kemajuan akademiknya.
Input dari orangtua
Ayah dan Bunda dapat memberikan masukan dalam merancang IEP, dengan mengobservasi bagaimana performa anak di sekolah dan di rumah. Misalnya, apa yang menjadi bidang atau topik kesukaan anak, serta apa yang menjadi aspek kekuatan dan kelemahan anak dalam bidang akademik, kemampuan sosial, perilaku dan motorik. Akan lebih baik lagi jika anak bisa dilibatkan untuk berdiskusi tentang apa yang menjadi ketertarikannya di sekolah dan di rumah serta di area mana ia masih mengalami kesulitan.
Umumnya dalam program IEP, target yang akan dicapai akan dipecah-pecah dalam beberapa target kecil yang terukur, sehingga guru/orangtua/terapis dapat lebih mudah mengevaluasinya. Misalnya, target dalam belajar penambahan dan pengurangan bagi anak akan tertulis seperti ini: Anak dapat membuat pengurangan dengan bilangan dua digit dan menjawab dengan tingkat ketepatan 90% dalam sesi belajar tatap muka dengan guru.”
Jika anak masih membutuhkan tambahan terapi atau kegiatan di rumah untuk membantu performa di sekolah, maka hal tersebut dapat dicantumkan dalam IEP. Umumnya program IEP dapat dievaluasi dalam kurun waktu 6 bulan atau satu tahun, untuk disesuaikan kembali dengan kemajuan dan perkembangan anak.
“IEP merupakan program yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan tiap anak secara spesifik, dengan target yang terukur”
Sumber:
“Individualized Education Programs (IEPs) for Autism” https://www.webmd.com/brain/autism/individualized-education-programs-ieps-for-autism#3
“Individualized Education Plan” http://www.autism-society.org/living-with-autism/academic-success/individualized-education-plan-iep/
Penulis: Hersinta | Orangtua dari penyandang autistik, dosen komunikasi di LSPR Jakarta dan kandidat PhD kajian media dan disabilitas di Curtin University