Autistik dengan segala kekompleks-annya sangat menarik untuk diketahui. Terdapat 5 (lima) fakta menarik mengenai autistik yang mungkin belum kita ketahui, yaitu :
1. Satoshi Tajiri, sang penemu Pokemon merupakan individu autistik
Siapa yang tak kenal tokoh kartun Pokemon? Sejak muda, Satoshi memiliki obsesi yang besar terhadap permainan video game. Orang tuanya mengira Satoshi memiliki perilaku menyimpang dalam usia remajanya, karena ia seringkali bolos dari sekolah. Hal ini berhubungan dengan salah satu gejala autistik di mana individu sangat terobsesi dengan suatu objek yang disukainya. Di usia 17 tahun, Satoshi sudah mulai bekerja dalam bidang yang berhubungan dengan video game. Satoshi merupakan individu dengan high-functioning autistic, oleh sebab itu tidak perlu diragukan lagi kemampuannya.
2. Sebanyak 90% individu autistik memiliki isu sensori sensitif
Hal ini berarti bahwa individu autistik dapat merasakan sesuatu yang berasal dari panca inderanya dengan sangat intens. Mereka lebih sensitif dan terkadang dapat merasakan sesuatu bahkan secara berlebihan. Karena sensitifitas yang cukup tinggi, sebagian anak autistik sangat sensitif terhadap rangsangan suara tertentu, perabaan dan suara frekuensi tertentu. Ada pula yang sensitif terhadap cahaya atau mudah silau, perabaan telapak tangan dan kaki yang sensitif, mudah geli dan jijik terhadaptekstur tertentu, dan masih banyak lagi ragamnya.
3. Para tokoh dan penemu jenius (diantaranya Mozart, Einstein, dan Sir Isaac Newton) memiliki karakteristik autistik
Albert Einstein diketahui memiliki kesulitan dalam bersosialisasi hingga ia berusia tua, mengalami speech delay, dantechnical minded. Di usia remajanya ia kerap mengulangi kalimat perkataannya kepada dirinya sendiri (dalam istilah autistik disebut sebagai echolalia). Begitu pula dengan Isaac Newton yang memiliki kesulitan dalam bersosialisasi, memiliki emosi yang cepat naik, dan sangat terobsesi pada ilmu pengetahuan. Bahkan setelah menjadi professor ia pernah mengajar kelas yang tidak dihadiri oleh siapa pun alias kosong. Mozart yang merupakan seorang maestro musik handal ditengarai memiliki spektrum autistik. Ia memiliki sensori pendengaran yang sangat sensitif, sehingga ketika mendengarkan suara yang kencang dapat membuatnya kesakitan dan menderita. Ia juga menunjukkan perilaku aneh di depan umum ketika sedang merasa bosan dengan mengeluarkan suara tiruan kucing, seringkali melakukan gerakan meroda di tempat umum, serta melompat di atas meja. Ketiga tokoh tersebut, apabila mereka masih hidup di masa modern dapat dipastikan mereka terdiagnosa oleh spektrum autistik (harap dicatat bahwa di jaman mereka hidup, pengetahuan akan gangguan autistik masih sangat minim).
4. Tidak terdiagnosa atau lambatnya diagnosa pada anak autistik merupakan hal umum dan sudah biasa terjadi
Banyak ditemui para orang tua atau pengasuh yang baru menyadari anaknya bertumbuh dengan karakteristik berbeda dibandingkan dengan anak normal ketika usia anaknya sudah cukup besar. Seorang ibu yang anaknya terlambat didiagnosa autistik mengira bahwa anaknya memiliki karakteristik pemalu ketika menginjak usia 5 tahun. Biasanya pada usia anak yang mulai memasuki sekolah atau lingkungan yang asing bagi mereka, dari situlah baru diketahui fungsi sosial dan sensori si anak berbeda dengan anak normal lainnya. Dr. Miodovonik dan Dr. Catherine Lord yang merupakan dokter ahli autistik mengungkapkan, mereka menemukan banyak anak yang terdiagnosa gangguan autistik di usia mereka yang sudah cukup besar.
5. Peringatan World Autism Awareness Day sedunia diselenggarakan selama seminggu pada tanggal 26 Maret hingga 2 April. Indonesia juga ikut merayakannya lho!
Hari peringatan peduli autisme sedunia diselanggarakan oleh pihak PBB sejak tahun 2007 Ini menjadi momen untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mendukung individu autistik dan menentang diskriminasi terhadap mereka. Indonesia juga turut merayakan peringatan ini. Yayasan Autisme Indonesia (YAI) yang didukung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kampanye Light It Up Blue dengan menyinari Monumen Nasional menggunakan lampu berwarna biru. Warna biru menjadi simbol masyarakat untuk menerima dengan tangan terbuka terhadap semua individu autistik serta siap berinteraksi dengan mereka tanpa diskriminasi.
Sumber:
Artikel online oleh Chris Packham yang merupakan duta dari organisasi The National Autistic Society (beliau sendiri merupakan individu dengan autistik).
Penulis: Gisela Gita, S.Psi. | Mahasiswa Sarjana Psikologi Peminatan Klinis, Universitas Atma Jaya, Jakarta